Menguak Seni Mahakarya Indonesia Kain Batik Gumelem
Batik,
kita semua pasti sudah mengenal kain penuh dengan motif yang begitu
indah dan penuh dengan karya seni. Dalam perkembangannya, kain batik
di Indonesia sudah sangat terkenal. Dari berbagai kalangan, sebagian
besar banyak yang sudah mengenakan kain yang merupakan warisan
leluhur Mahakarya Indonesia ini. Batik, saat ini telah menyihir dunia
dengan pesonanya yang begitu khas dan sangat mengandung nilai-nilai
seni indah. Untuk hal itu pada tanggal 02 Oktober 2009, UNESCO telah
menetetapkan kain batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Untuk
itu, pada hari Sabtu, 27 Juni 2015 saya mencoba menelik di mana saja
pengrajin batik. Saya mendatangi tempat pengrajin batik yang mungkin
sebagian besar orang belum mengenal kain batik yang satu ini. Ini
adalah kain Batik Gumelem. Mengapa disebut Batik Gumelem? Karena kain
batik ini diproduksi oleh warga dari Desa Gumelem, Kec. Susukan, Kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah.
papan nama usaha Sentra Batik Milik Ibu Sartinem
Setelah
menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Purbalingga yang memakaan
waktu hampir satu jam, akhirnya saya sampai di salah satu rumah
sentra batik ini. Saya mengunjungi tempat seni Mahakarya Indonesia
Batik Tradisional Gumelem “IBU SARTINEM” yang terletak di Desa
Gumelem Kulon RT 04 RW 03, Kec. Susukan, Banjarnegara. Ibu Sartinem
memiliki karyawan sejumlah 13 orang. Rata-rata usia yang bekerja di
tempat ini sudah 50 tahun.
“Nggih
kulo kesupen kapan mulaine mbatik. Wong kulo teksih alit sampun
mbatik. Niki sampun warisan saking mbahe kulo.”(Ya saya lupa sejak
kapan saya mulai membatik. Orang saya masih kecil sudah membatik. Ini
sudah warisan dari nenek saya). Ujarnya, saat saya tanyakan sejak
kapan beliau mulai membatik.
Cara
pembuatan Batik Gumelem ini sama dengan pembuatan batik-batik tulis
lainnya. Kain dasar menggunakan kain mori atau kain katun yang
berwarna putih, yang kemudian diletakan di atas gawangan dan dilukis
menggunakan malam yang sudah dipanaskan dengan alat bantu yang
disebut Canting. Untuk detail pembuatan kain Batik Gumelem adalah
sebagai berikut :
- Siapkan kain katun atau mori yang berwarna putih polos. Lalu buat motif menggunakan pensil
- Letakan kain putih tersebut pada gawangan yang sudah tersedia
- Persiapan selanjutnya menyalakan kompor kecil, kemudian taruh wajan kecil di atas kompor untuk memanaskan malam. Gunakan api kecil sampai malam mencair dengan sempurna.
- Kemudian, ambilah malam yang sudah mencair dengan canting, tiuplah agar malam tidak terlalu panas. Selanjutnya lukislah kain putih dengan canting yang sudah ada malamnya. Proses ini haru dilakukan sangat berhati-hati, jangan sampai malam cair menetes ke kain putih, sehingga membuat gagal motif batiknya.
- Kemudian pelekatan malam yang kedua. Sebelum dicelup ke zat pewarna, bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih maka harus dicolet/ditutup dengan malam. Hal ini untuk menghindari perembesan zat pewarna. Sedangkan proses pewarnaan bagian-bagian tertentu dinamakan Nyolet. Proses ini dilakukan dengan kuas, sehingga akan diperoleh warna-warna seperti yang dikehendaki untuk bagian-bagian tertentu
- Setelah proses nyolet selesai, proses selanjutnya adalah pencelupan kain. Celupkan kainnya ke dalam larutan yang sudah diberi pewarna pada ember/baskom. Kain dicelup dengan warna dimulai dengan warna-warna muda, selanjutnya dengan warna lebih tua atau sesuai selera.
- Setelah dicelup, kain tersebut dijemur untuk dikeringkan.
- Setelah kain kering dan mendapatkan warna yang diharapkan, kemudian kain tersebut direbus pada air panas. Proses ini bertujuan agar motif yang sudah digambar terlihat dengan jelas.
- Setelah itu, dicuci/dibersihkan kemudian dijemur, setelah kering kemudian dikemas dan dipasarkan.Beberapa karyawan Ibu Sartinem
Dalam
proses pembuatan kain batik, kita perlu kesabaran dalam melukiskan
malam pada selembar kain. Kita perlu kegigihan untuk menjadikan
sebuah kain terisi penuh dengan mahakarya seni yang menjunjung tinggi
dari bangsa Indonesia. Kita juga perlu gotong royong saat proses
pencelupan kain. Tanpa adanya semangat kegigihan, kesabaran, dan
gotong royong, tidak akan menciptakan sebuah Mahakarya Indonesia yang
kita kenal dengan sebutan kain batik. Dari semua proses itu, bahwa
kain batik memang memiliki nilai-nilai luhur yang penuh dengan Jiwa
Indonesia yang wajib kita junjung tinggi dan lestarikan.
Tak
lupa saya ucapkan kepada Ibu Sartinem yang telah meluangkan waktunya
untuk berbincang-bincang dengan saya mengenai proses pembuatan Batik
Gumelem. Terima kasih juga kepada keluarga Bpk. Trisno Waluyo yang
telah memberitahukan tentang Batik Gumelem kepada saya. Dan terima
kasih juga kepada Rina, teman saya yang telah mau menjadi “Tukang
Ojek” saya karena saya tidak berani melakukan perjalanan sendiri ke
Desa Gumelem, Susukan, Banjarnegara. (Jalan yang panjang dan cukup
terjal, namun dilengkapi dengan pemandangan yang indah).
Ibu Sartinem yang ikut membatik dengan karyawannya
Kain batik yang sedang dijemur, setelah kering dikemas
Belajar ikut membatik, tapi saya tidak bisa :D
Kain batik yang siap dipasarkan (terdiri dari beberapa motif seperti Sungai Serayu, Udan Liris, Gabah Wutah, Kopi Pecah dll)
Post a Comment for "Menguak Seni Mahakarya Indonesia Kain Batik Gumelem"
Terima kasih telah membaca postingan pada blog saya. Silakan tinggalkan komentar, dimohon jangan menggunakan link hidup.
Terima kasih.
:) :)