Romansa Cinta di Tanah España - Part 5
Part sebelumnya....
Hari berganti hari, waktu
terus berlalu. Aku semakin mengenal Shelly. Sesekali mengunjungi dia
di restoran. Dan memang benar, banyak menu Asia di sana, tidak
terkecuali menu Indonesia. Aku senang melihat dia yang selalu ceria,
tersenyum kepada semua orang. Ketika melihat senyumnya, rasanya
seperti terbawa terbang dan jatuh di taman bunga yang indah.
Entah apa yang terjadi,
senyum yang selalu kurindukan itu kini mulai pudar. Pernah aku
bertemu tak sengaja dengan dia, tetapi wajahnya pucat dan bongkahan
air mata ada di dalam bola matanya. Inginku bertanya, tapi ragu dan
takut kalau dia akan marah. Aku berpura-pura tidak melihat dia. Untuk
menghindarinya lebih pergi dari dekatnya.
Aku berharap dia kembali
tersenyum lagi, tetapi sudah dua mingguan dia murung. Seperti ada
kabut hitam yang menyelimuti hatinya. Dia sampai melewatkan
pemotretan dengan merk baju yang terkenal. Ada apa dengan dia? Aku
sudah bertekad untuk menemui dia, kalau pun dia marah padaku, aku
akan menerimanya, setidaknya telah berusaha untuk tahu apa yang
sebenarnya terjadi padanya.
Sumber : Google Imaage |
Sore, sepulang kerja,
aku mengajaknya ke Grand Via. Sebenarnya masih ada rasa takut kalau dia akan menolak,
tetapi dia mau. Aku mengajaknya untuk melihat theater. Tadinya kami
akan menonton film di bioskop, tetapi film yang ditayangkan tidak
menarik jadi memutuskan untuk menonton theater. Aku berusaha untuk
menghibur dia, meski aku sendiri tidak tahu bagaimana cara
menghiburnya, maka dari itu aku ajak dia ke pusat hiburan ini, di
Grand Via.
“Andre, thanks ya, kau
telah menemaniku.”
“Iya, aku senang jika kau
menyukainya juga.”
“Iya, kau telah berhasil
membuatku terhibur.”
“Shelly, bolehkah aku
tahu, apa yang terjadi denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kau jarang
tersenyum dan matamu banyak menyimpan sebuah rahasia.” Tanyaku
ingin tahu.
“Tidak apa-apa, hanya
terkadang manusia itu merasa jenuh dengan rutinitas dan bosan dengan
kebiasaan.” Jawabnya dan segera tersenyum seolah-olah tidak terjadi
sesuatu. Aku tahu, dia berbohong. Aku tahu dia tidak ingin mengatakan
yang sebenarnya.
“Kau mau coklat panas?”
aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Tentu saja aku mau, kau
menyukainya juga?” tanyanya.
“Iya,”
Kami berdua memesan coklat
panas. Cocok untuk dinikmati di udara dingin seperti ini. Setelah
kami melihat theater, kami berjalan-jalan, melihat-lihat bangunan
tinggi yang dibangun pada abad 20 an zaman dulu. Aku senang melihat
Shelly tersenyum kembali meski masih terpaksa. Paling tidak, bisa
mengurangi beban di hatinya.
Udara malam kian dingin,
aku memakaikan jaket untuk Shelly, meski aku sendiri sangat merasa
kedinginan. Namun, tidak akan pernah tega melihat seorang perempuan
sedang menderita dalam hal apa pun. Karena sudah malam dan udara juga
semakin dingin, kami berdua memutuskan pulang ke rumah masing-masing.
Bagi kami ini adalah hal yang menyenangkan dan berharap hal ini akan
terukir kembali.
Sampai di rumah mamaku
mulai meledeknya, “Anak mama sudah punya pacarkah? Malam seperti
ini baru pulang ke rumah. Biasanya hanya menghabiskan waktu untuk
tidur atau nge-games.”
“Mama sekarang punya
hobby baru ya, ngeledekin Andre. Andre ke kamar dulu, Ma. Dingin
sekali rasanya.” Aku segera masuk ke kamar, selain memang udara
sangat dingin, aku juga tidak mau jadi bahan ledekan mama.
Segera kupakai kaus kaki,
jaket tebal, dan langsung meringkuk dalam selimut tebal. Penghangat
ruang kamar langsung kunyalakan. Di Indonesia tidak pernah mengalami
kedinginan seperti ini. Justru di Jakarta aku sering merasakan panas,
malam hari pun bisa mandi air dingin. Kalau di sini, setiap hari
harus menggunakan air hangat. Aku belum terbiasa dengan udara di sini
meski sudah hampir satu tahun tinggal di negeri Spanyol.
Esok hari, masuk kantor
seperti biasa, tidak terlambat dan tidak terlalu awal. Tepat jam
delapan pagi aku sampai di ruangan. Ternyata di depan ruangan sudah
ada Shelly yang sedang menungguku.
“Hai, selamat pagi,
Shelly.” Sapaku.
“Hai juga, Andre.
Bagaimana dengan pagi ini?” tanyanya.
“Fine,
ketika melihatmu tersenyum seperti ini, tentu aku baik.” Entah apa
yang aku katakan pada dia, bibir ini tidak bisa dikendalikan. Mungkin
Shelly menganggap ini hanyalah sebuah bualan saja.
“Hahaha, kau sudah pandai
bergombal, Andre.” Ucapnya.
“Hehehe, sekali-kali,
tidak apa-apa kan?”
Dia mengangguk dan
tersenyum, kemudian berkata, “Andre, nanti kau makan siang di
mana?”
“Aku belum tahu makan
siang di mana.” Aku memang belum punya rencana untuk makan siang di
mana.
“Oh ya, kenapa kita hanya
berdiri di depan pintu seperti ini? Ayo masuk saja ke ruanganku.”
Aku mengajaknya masuk ke ruanganku.
“Okay,”
“Kau sendiri akan makan
siang di mana?” aku ingin tahu.
“Aku ingin mengajakmu
makan siang di restoranku, kamu mau kan? Kau rindu dengan makan
Indonesia, bukan?” dia menggodaku dengan menawarkan makanan
Indonesia. Bagaimana aku bisa menolaknya.
“Tentu saja aku mau.”
Aku bekerja dengan penuh
semangat dan menunggu jam makan siang itu tiba. Ketika jam makan
siang tiba, Shelly segera menghampirik dan mengajakku untuk bersama
ke restorannya. Tidak sampai tiga puluh menit, kami berdua tiba di
Espania Resto. Tempat ini, bagiku tempat yang luar biasa. Tidak
begitu luas, namun terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama diisi
dengan menu-menu Eropa, di lantai kedua diisi dengan menu-menu Asia
dan Timur Tengah, sedangkan di lantai ketiga, merupakan tempat
istirahat para koki dan seluruh pegawai yang tidak bisa setiap hari
pulang karena jarak yang jauh.
Aku takjub dengan bangunan
ini. Design interiornya begitu megagumkan. Ornamen-ornamen khas
Spanyol ada di sini, tetapi tidak lupa menambahkan
kaligrafi-kaligrafi khas Timur Tengah, dan patung-patung khas Asia.
Aku tertegun di sini. Ini sungguh daya tarik yang luar biasa bagi
para pengunjung yang akan menikmati santapan lezat.
Karena aku banyak melamun
memandang semua isi bangunan. Hampir saja tertabrak pramusaji yang
lewat sedang mengantarkan makanan. Untung saja tidak sampai
menabraknya. Kalau hal itu terjadi, malunya aku. Kemudian, tidak
berapa lama kemudian, Shelly segera mengajakku ke lantai dua, di mana
hidangan khas Asia disajikan.
“Kau mau makan apa?”
dia menanyakan padaku.
“Apa saja, yang penting
makanan Indonesia.”
“Baiklah, tunggu
sebentar. Biar aku yang menyiapkan untukmu.” Dia pergi ke kitchen
untuk menyiapkan makanan yang aku mau. Aku duduk di meja nomor 57
menunggu menu istimewa datang mengisi perutku.
“Akhirnya, menu makan
siang kita datang.” Ucapku saat melihat dia dengan pramusaji
membawa makanan yang cukup besar porsinya.
“Ini ada nasi putih,
rendang, gudeg, sambal kacang, sambal terasi pun ada, dara bakar
bumbu bali, ada lalapan daun selada, kobis, dan mentimun, serta tidak
ketinggalan es teh. Seperti ini kan menu kamu yang mau?”
“Hahaha, ya benar, kau
benar sekali, Shelly. Aku sudah rindu makanan ini. Terima kasih
Shelly.”
“Iya, silakan makan.”
“Mari.”
Kami makan berdua, siang
itu terasa tidak ada beban apa pun dalam hidup. Menikmati santap
siang yang begitu memanjakan lidah dan di hadapanku ada wanita cantik
yang begitu anggun nan lembut. Aku ingin mengatakan sesuatu padanya,
tetapi aku masih takut.
“Bagaimana rasanya?”
dia membuyakran lamunanku yang sedang mengagumi indah dirinya.
“Sangat lezat. Lezat
sekali. Kau hebat, Shelly. Ini ide siapa?”
“Ini dulu ide mamaku,
dulu sering jengkel ke ayah karena di Madrid ini tidak ada menu Asia.
Mamaku juga cinta sekali makanan Asia. Apa lagi dari Pontianak, ....”
ucapan Shelly terhenti karena aku menyelanya.
“Lain kali aku akan
mengajak orang tuaku ke sini. Mereka pasti senang. Mereka pasti juga
merindukan makanan seperti ini. Sekali lagi terima kasih, Shelly.”
Ini adalah makan siang yang
paling menyenangkan dari sejak pertama aku menginjakkan kaki di
negeri Matador. Aku ceritakan semuanya ke orang tua saat malam hari.
Mereka juga tertarik dan tidak sabar ingin menikmati hidangan di
Espania Resto. Kami merencanakan weekend ini akan datang ke Espania
Resto, semoga papa tidak ada rapat mendadak di kantor KBRI.
Post a Comment for "Romansa Cinta di Tanah España - Part 5"
Terima kasih telah membaca postingan pada blog saya. Silakan tinggalkan komentar, dimohon jangan menggunakan link hidup.
Terima kasih.
:) :)