Romansa Cinta di Tanah España - Part 6
Weekend
sudah datang, tetapi acara kami ke Espania Resto gagal karena mau
tiak mau mama menemani papa menghadiri acara di kantor KBRI. Entah
acara apa, ya mungkin acara kenegaraan. Aku diajak, tetapi aku tidak
ikut. Lebih baik aku berdiam diri di rumah, atau menghabiskan waktu
untuk mengilingi kota Madrid. Masih banyak tempat-tempat yang belum
aku kunjungi. Sebenarnya aku ingin datang ke Espania Resto, tapi
pesanku ke Shelly belum ada jawaban juga.
(Sumber : Google Image) |
Aku
berjalan kaki menyusuri keramaian kota Madrid. Sungguh hidup kota
ini, baik di siang maupun malam hari ini seperti ini. Warna warni
cahaya jalan membuat indah dan elok. Aku berjalan terus tiada henti
hingga aku sampai di Plaza Mayor, aku sejenak membeli coklat panas,
dan melanjutkan langkah kakiku yang sedang tidak bisa dikendalikan.
Kakiku ingin terus melangkah. Dan sampailah aku di tempat mana yang
belum aku lihat sebelumnya. Di tempat ini ada sebuah pohon yang
menjadi ikon tempat ini. Aku bertanya pada orang yang berlalu lalang
menikmati indahnya malam, dan mereka memberitahukan kepadaku bahwa
tempat ini bernama Parque del Buen Retiro.
Parque
del Buen Retiro, merupakan taman yang indah dan yang paling luas di
kota Madrid. Tempat ini, dijadikan jantung kota Madrid. Setiap akhir
pekan seperti ini, Retiro sangat ramai pengunjung. Di tempat ini
menyediakan spot-spot yang menarik dan selalu ada event-event yang
mampu menyedot para pengunjung. Selain hal itu banyak seniman-seniman
asli Spanyol yang memawakan lagu klasik yang romantis.
Terdengar
di telingaku lagu-lagu menggunakan bahasa Spanyol dengan alunan musik
klasik yang membuat aku betah duduk-duduk di taman ini ....
Yo
siempre te he amado
Y
amor yo estare
Por
siempre a tu lado
Nunca
me alejare
Prometo
me amor
Aku
tidak tahu pasti apa arti dari lagu tersebut. Tapi dari alunan musik
yang ku rasakan. Lagu ini begitu romantis dan begitu dalam. Seperti
pengungkapan jiwa seseorang terhadap pujaan hatinya. Di tengah
keramaian taman ini, aku tetap merasakan hening. Aku merasa tidak
lengkap untuk apa yang aku lakukan hari ini. Bayangan wajahnya enggan
pergi dari kelopak mataku. Hingga aku putuskan pulang, bayangan itu
terus mengikutiku.
***
Beberapa
hari ini tidak melihat Shelly. Aku mencarinya sampai ke tempat
pemotretan, tetapi tidak ada juga. Aku mencoba mencarinya ke tempat
baju-baju baru yang akan di-show-kan, gadis cantik itu pun tak
ada. Aku terus mencari dia sampai aku ke Espania Resto, tetap tidak
ada juga. Kucoba mengirim pesan ke, tetapi tidak ada jawaban
darinya. Aku merasa resah, dan tidak tenang. Benakku pun mulai
bertanya-tanya, mungkinkah dia marah padaku? Atau dia sedang sakit?
Atau? Entahlah...
Sudah
dua minggu ini Shelly menghilang tidak ada kabar. Pikiranku semakin
kacau, bertanya-tanya terus tentang dia. Apa yang terjadi dengan dia.
Apakah dia baik-baik saja? Semua pertanyaan-pertanyaan muncul di
kepalaku sampai aku kehilangan konsentrasi kerjaku.
Aku
pulang kerja dengan muram, seperti buah apel yang sudah kering dan
kusut. Tidak bisa aku sembunyikan kesedihan kepada mamaku.
“Ndre,
kamu kenapa? Kerjamu lancar-lancar saja kan?” tanya mamaku penuh
perhatian.
“Iya
Ma, Andre baik-baik saja.” Aku mencoba tersenyum meyakinkan mamaku
kalau aku ini tidak apa-apa. Meskipun hati ini sedang tidak karuan.
“Yakin,
kamu tidak apa-apa? Kenapa wajah kamu ditekuk seperti itu? Kamu tidak
pandai berbohong, Ndre. Katakan sama Mama, ada apa?” mama mencoba
mencari tahu apa yang terjadi denganku.
“Iya,
nanti Andre kasih tahu ke mama, Andre mau mandi dulu,” aku mencoba
menghindari pertanyaan dari mama yang tidak bisa aku jawab. Lebih
baik aku mandi, terus berdiam di kamar sampai tertidur.
Saat
aku mau tidur, aku membuka ponsel, ternyata sudah ada pesan dari satu
jam yang lalu. Aku tidak berpikir lagi, aku segera bangkit dari
tempat tidur dan pergi.
“Ma,
Andre pergi dulu ya, mungkin pulangnya telat.” Aku berpamitan
sambil berlari.
“Ya,
hati-hati, Ndre.” Seru mamaku.
Aku
berlari menuju Parque del Buen Retiro. Semoga belum terlambat. Semoga
saja aku masih bisa menemuinya. Aku baru membaca pesannya setelah
satu jam dia mengirim. Aku berlari, dan dalam hatiku berdoa, semoga
Tuhan mengizinkanku untuk bertemu dengan dia. Aku mengililingi taman
ini, tapi belum ke temukan juga. Aku hampir putus asa dan hendak
pulang ke rumah.
“Shelly
...!” aku berteriak memanggil namanya, saat aku melihat dia akan
pergi dari Retiro. Dia menoleh kepadaku. Syukurlah, setidaknya dia
tahu kalau aku berusaha datang menemuinya. Dia setengah berlari
menghampiriku, dan aku berlari menjemputnya.
“Maaf,
Shelly, aku baru saja membaca pesanmu. Sekali lagi maaf,” ucapku.
“Tidak
apa-apa,” suaranya serak, tidak seperti biasanya dia memiliki suara
yang merdu.
“Shelly,
kau kenapa? Apa kau sakit?” aku bertanya, aku ingin tahu apa yang
terjadi denga dia.
“Tidak,
aku tidak apa-apa,” jawabnya pelan.
Aku
mengajak dia untuk duduk di taman Retiro, menikmati permainan musik
klasik khas Spanyol. Aku menatap wajah Shelly. Terlihat ada sendu di
matanya yang menutupi pancaran mata.
“Shelly,
katakan padaku, ada apa? Kau menangis?” aku harus tahu apa yang
telah membuat wanita anggun ini menumpahkan air mata. Shelly tidak
menjawab, dia mengalirkan air matanya kian deras. Aku tidak tega
melihatnya seperti ini. Aku menyandarkan kepalanya di bahuku.
“Jika
kau belum mau cerita, menangislah sepuasmu, aku akan menemanimu. Aku
akan tetap di sini menemani sampai kau tenang. Sampai kau kembali
tersenyum.”
“Aku
ingin tersenyum, tetapi aku mungkin sudah lupa bagaimana caranya aku
tersenyum. Aku sudah lupa kapan terakhir aku bisa tersenyum dengan
manis bukan terpaksa. Aku ingin tertawa seperti anak-anak, tetapi aku
tidak bisa. Semua orang melihatku penuh dengan kenyamanan dan
kesempurnaan, tapi mereka tidak pernah melihat hatiku. Bahwa hatiku
terluka dan mungkin tidak bisa disembuhkan. Luka-luka itu menusuk
jantungku hingga aku harus menangis merintih menahan semua rasa
sakit. Hatiku menjerit, tetapi tidak ada yang mendengarnya. Hatiku
menangis pilu, tapi tak ada yang mampu menghapus tangisanku. Tidak
ada...”
Sejenak
kuterdiam dan seperti berhenti bernafas. Kenapa Shelly berkata
seperti ini? Apa dia sedang putus cinta? Atau dia sedang berantem
dengan pacarnya? Aku sangat bingung, aku hanya mencoba menenangkan
dia. Aku tiak mau mencampuri urusannya.
“Shelly,
tenang lah, semua masalah ada jalan keluarnya. Kau boleh menangis
karena sesuatu yang menyedihkan, tetapi kau tidak boleh larut di
dalamnya. Sungguh sia-sia jika kau menangisi sesuatu yang telah
membuatmu terluka. Hal itu tidak pantas kau tangisi. Saat ini kau
harus melupakan dan melepaskan yang menjadi beban hatimu, agar hatimu
tenang, dan kau bisa kembali tersenyum.”
Shelly
kian menangis tersedu, aku hanya bisa membiarkan dia menumpahkan
seluruh emosi dalam hatinya. Aku hanya bisa terdiam mencoba memahami
setiap tetesan air matanya. Ku rasakan rasa kecewa pada hatinya. Ku
rasakan sakit yang begitu mendalam. Ku rasakan jiwanya terguncang,
dan ku rasakan degub jantungnya sejenak berhenti untuk menahan rasa
sakit.
Sungguh
aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dalam keadaan seperti ini.
Aku belum memiliki keberanian untuk menanyakan apa yang sebenarnya
terjadi pada dia. Aku hanya bisa berdoa dalam hati, semoga dia kuat
untuk menghadapi semua masalahnya. Semoga dia cepat kembali
tersenyum, karena ketika dia menangis, hatiku pun sebenarnya ikut
menangis.
Alunan
musik klasik di taman mengiringi kami berdua. Setiap nada yang
mengalun, serentak dengan butiran-butiran air matanya yang terjatuh.
Aku mencoba menghapus air matanya dengan sapu tangan. Aku mengusapkan
ke wajahnya yang begitu halus. Aku melihat matanya dengan jelas,
masih ada bayangan kesedihan di hati. Aku bertekad membuat dia
tersenyum, apa pun caranya. Aku harus bisa membuat Shelly kembali
tersenyum.
“Andre,
thanks for everything. Kamu udah mau menemaniku dan
mendengarkan aku.”
“Iya,
tidak apa-apa. Jangan sungkan-sungkan, kalau kamu ada masalah,
ceritakan saja padaku. Mungkin aku tidak bisa memberikan jalan keluar
masalah kamu, tapi setidaknya aku bisa membuatmu tenang dan kamu bisa
kembali berpikir untuk menyelesaikan masalahmu dengan cara yang
terbaik.”
“Iya,
Ndre. Maafkan aku juga ya, aku dah ngerepotin kamu.”
“Tidak,
Shelly. Aku tidak merasa direpotkan, jujur, aku merasa senang jika
kamu mau berbagi suka dan dukamu denganku.” Ini adalah kalimat yang
sudah lama aku simpan, dan ternyata aku keluarkan juga. Aku takut
dengan kata-kataku ini membuat dia tersinggung atau menambah
kekesalannya. Dia hanya mengganguk. Aku tidak tahu apa arti anggukan
kepalanya dia. Setuju kah? Atau hanya menghargai ucapanku saja? Hanya
Shelly dan Tuhan yang tahu.
Post a Comment for "Romansa Cinta di Tanah España - Part 6"
Terima kasih telah membaca postingan pada blog saya. Silakan tinggalkan komentar, dimohon jangan menggunakan link hidup.
Terima kasih.
:) :)