Ilusi Cinta - Part 1
ILUSI CINTA
Oleh : Eri Udiyawati
Di
zaman yang sudah modern ini, begitu banyak aplikasi sosial media dan
sarana komunikasi yang terpasang denga mudah di smartphone. Dan
semuanya menghadirkan kelebihan masing-masing bagi penggunanya dalam
berkomunikasi. Namun, tidak denganku, meski aplikasi di handphone-ku
bisa untuk chating, aku jarang menggunakannya, dan lebih menyukai
chating dengan komputer dan aplikasi jadul-tertinggal zaman, tidak
mengikuti trend anak-anak muda saat ini.
Mungkin
yang mendengar kisah ini akan tertawa, tapi inilah kenyataan bahwa
chating di mirc telah membuatku jatuh cinta. Di sini, bebas mengobrol
dengan siapa saja, tetapi sudah lima tahun aku terjun di dunia mirc,
tak satupun menemukan sosok dambaan hati. Entahlah, mungkin karena
aku terlalu fokus pada permainan yang disediakan atau fokus untuk
mencari informasi ilmu jaringan dengan master-master mirc. Aku memang
berbeda dengan yang lain, yang bisa berpacaran hanya dengan melalui
mirc, bahkan berakhir dengan bahagia, karena tidak sedikit pasangan
yang menikah dari aplikasi mirc ini.
Hingga
waktu pun terus beranjak, ada yang hadir di
sebuah room (chanel) yang di mana itu markasku. Aku melihat dia
dengan teman-teman begitu asyik bercanda tawa, dan mampu menarik
jemariku untuk menyapa. Dan entah setan dari mana yang merasuk dalam
tubuhku. Tidak biasanya seberani ini, yang akhirnya, dari jari jemari
itu, berhasil berkenalan dengannya, gadis yang bernama Icha itu.
Bahkan, rasa dahaga dalam hati ini terasa diguyur hujan.
Perkenalan
kita semakin akrab. Dia selalu temaniku di saat malam-malam
menyebalkan mengusik ketenangan. Canda tawa yang
dia hadirkan begitu pecah membuatku tersenyum bahagia. Meski
hanya dari ketikan mampu membuatku tertawa, bahkan pernah ibu menegur
karena aku tertawa keras di malam hari. Itu semua karena obrolan
dengannya yang membuatku lupa akan waktu.
Suatu
ketika aku jatuh sakit, dia begitu cemas.
Berbagai pesan disampaikan agar aku sembuh,
dan mengingatkan untuk tidak begadang.
Masih terasa segar dalam ingatanku, sebuah pesan yang membangkitkan
gairah hidupku. “Jaga kesehatanmu, aku tidak ingin kau merasa tak
beradaya seperti ini, karena aku tak mampu
merasakan apa yang kau rasa, sakitmu terasa di diriku.”
Aku
masih belum yakin dengan pesan itu, namun aku merasa bahwa kita
memiliki rasa yang sama. Rasa ingin memiliki dan mengasihi. Memang
sulit untuk kuungkapkan, tapi tetap kucoba. Sebagai laki-laki
gentleman, harus berani mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada
wanita yang dicintai. Dengan gugup, kuberani ungkapkan bahwa aku
mencintai sejak pertama melihatnya masuk ke
chanel markasku. Bahagia, kau menerimanya dan kita menjadi sepasang
kekasih dari mirc.
Waktu
merangkai dengan cepat. Hubungan kita pun menginjak enam bulan.
Karena sapaan dan canda tawa kita yang sangat sering di mirc, membuat
teman-teman mengetahui bahwa kita sudah jadian. Banyak teman-teman
yang mengucapkan selamat dan mendoakan semoga terus berlanjut hingga
ke pernikahan, dan tidak sedikit pula yang meminta traktiran.
Aku
hanya tersenyum menanggapi semua selebrasi dari teman-teman. Aku
hanya memikirkan dia. Hadirnya menjadikan
hidup ini lebih bermakna. Jujur saja, aku pemalas, terutama untuk
pergi kuliah. Namun, karenanya aku bisa
masuk kuliah, bahkan ikut meringankan tugas ibu untuk membangunkanku
dari tidur yang sesaat. Dia begitu berarti,
hingga aku tak bisa untuk memikirkan hal
lain. Dia, dia, dia, dia, Icha!
Setahun
berlalu, meski sama-sama tinggal di Jawa Timur, tapi Tuhan belum
mengizinkan kita untuk berjumpa. Rindu itu masih harus kupendam. Saat
ini hanya bisa berdoa semoga saja aku bisa menyambangi Surabaya, kota
di mana dia tinggal dan beraktivitas.
Memang cukup jauh dari Banyuwangi.
***
Ujian
cinta kita pun datang saat sedang hangatnya merencanakan pertemuan
kita. Karena aku orang yang cukup tledor, mau tak mau harus
kehilangan handphone di masjid pom bensin. Tersadar hendak makan
siang, ponselku tidak ada di tas. Aku teringat, saat di masjid pom
bensin aku mematikan dan menaruhnya di jendela. Panik, dan kesal
menghantui otakku. Akhirnya aku ke warnet, menyapanya dari facebook
dan memberi tahu bahwa handphone-ku hilang, namun terlihat sepi akun
facebooknya. Aku mengirim pesan pun tidak dijawab. Status terakhir
pun sudah tiga bulan yang lalu.
Aku
terus berusaha menghubungi, malam hari kembali online ke mirc,
sayangnya server mirc tersebut sedang down (rusak).
“Ah,
sial!” keluhku sendiri di dalam kamar.
Rindu
itu kian mencuat, tiga hari tidak mendengar kabar tentangnya, dan di
sisi lain, aku harus mengalami sebuah dilema. Inginku membeli ponsel
baru, tetapi biaya 4 semester yang sudah tergantung harus segera
dibayar agar bisa melanjutkan kuliah.
“Mungkin
Tuhan sedang mengujiku,” gumamku sendiri, mencoba menerima semua
kepahitan ini.
Berusaha
sabar, dan kembali ke dunia chater malam di mirc. Fokus kepada game,
tentunya sambil menunggunya untuk hadir
menemani malam-malamku seperti hari-hari lalu. Harapan itu terus aku
pupuk hingga beberapa hari, karena tanpa dirinya
aku melayang dan tersesat. Tanpanya aku
tersudut dalam kehampaan.
“Aku
sangat merindukanmu, how about you?” aku menggerutu sendiri
seperti orang gila. Mungkin bukan seperti lagi, karena aku gila
tanpanya.
Tiba-tiba,
seorang teman menyapaku, dia Alex teman chating dari Jakarta. Dia
juga mengenal Icha. Tidak biasaya dia menyapaku secara private.
Pasti ada yang penting, pikirku.
“Hai,
Adi, gimana kabar Loe?” sapanya.
“Baik,
loe sendiri gimana, Lex?” balasku.
“Baik
juga. Eh, Di, kenapa loe masih di sini? Yang lain udah pada pindah ke
server ‘sebelah’,”
ucapnya.
“Ah,
aku nunggu Icha, dah beberapa hari gak ada kabar dia. HP-ku hilang,
gak bisa hubungi dia, dah kucoba inbox di facebooknya, tapi gak ada
balasan.”
“Emang
lo gak tahu, Di?”
“Tahu
apa, Lex?”
“Icha
juga dah ada di server ‘sebelah’
dari minggu-minggu kemarin!” jelas Alex.
Pernyataan
itu membuat pikiranku tidak tenang. Semua rasa curiga pun mulai
muncul yang membuat ku merencanakan sesuatu dengan Alex. Ya, aku
datang ke server sebelah itu, yang lebih ramai dengan adanya banyak
chatter-chatter lain, bahkan dari Ausi dan Japan. Di sini, kutemukan
teman-teman baru dan tentu saja menemukan Icha.
Dia
meminta maaf padaku, karena sudah lama tidak membuka akun
facebooknya. Sehingga tidak tahu kalau aku mengirim inbox. Dia juga
mengatakan kalau sudah mengirim SMS memberitahu kalau pindah server.
Aku
pun kembali merasa bahagia. Rasa khawatirku telah hilang. Icha
kembali, dan aku pun merencanakan untuk segera ke Surabaya agar
segera menemuinya.
“Di, loe jangan mudah
dibodohi ama cewek...” tiba-tiba Alex kirim private ke chat.
“Maksud loe apa lagi si
,Lex?” Aku semakin kesal, apa lagi Alex lebih menjelek-jelekkan
Icha. Pasti dia naksir Icha – pikirku.
***
<Cowok-Keren> Besok
aku ke Surabaya, bisa kan kita ketemu?
<Icha> Bisa dong,
aku juga udah kangen pengen ketemu sama kamu
<Cowok-Keren>
Cowokmu gak marah, Cha?
<Icha> Cowokku yang
mana? Aku gak punya cowok, kok
<Cowok-Keren> Lah
yang itu, tu, sii..
<Icha> Ah, dia, aku
gak terlalu cinta sebenernya, hanya saja pas waktu itu dia ngomong
cinta, aku terima aja, mau jawab enggak, kasihan juga
<Cowok-Keren> Oke,
deh, aku off dulu, beres-beres biar besok pagi gak telat ke
airport-nya.
Damn...! Seperti disambar
petir diriku. Panas hati, marah dan ingin membunuhnya. Aku yang
menggunakan nama lain, melihat sendiri obrolan Icha dengan pria lain
di sebuah chanel. Kali ini, apa yang diceritakan Alex terbukti. Icha
tidak sebaik yang kubayangkan. Bahkan, Alex pun menemunkan akun
facebook Icha yang baru, pantas saja dia tidak merespon inbox-ku, dia
sudah ada akun yang lain.
Sejak saat itu, aku tak
pernah menghiraukan lagi pesan darinya. Rasa sakitnya yang kualami
begitu mendalam. Ketulusan cinta ini telah terbayar dengan
pengkhianatan, aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti
ini. Jika dulu dia hanya merasa kasihan padaku? Kenapa dia perhatian?
Apakah aku ini yang terlalu naif? Menjadikan kata-kata perhatian yang
mengartikan sebuah cinta. Ah, sudahlah, biar kulewati malam-malam
sepiku sendiri tanpa canda tawamu yang kan mengisinya.
Seminggu kemudian, terdengar
kabar juga tentang Icha, pria yang dari Jakarta itu mengalami
kecelakaan dan kakinya patah sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Setelah dia sadar, dia mencoba menemuinya, tetapi Icha menolak,
karena pria itu belum sempurna jalannya.
“Icha, aku tak mengerti
apa yang ada di pikiranmu, tapi kau pun sampai tega membiarkan orang
yang juga serius menemuimu. Mungkin beruntung diriku, yang tak pernah
jumpa denganmu. Cukup tahu, bagaimana akan sikapmu.”
–
Cerita ini diambil dari
kisah nyata seorang teman yang mengirimkan kisahnya pada saya. Kisah
cintanya itu terjadi di sebuah server mirc. Namun berujung
pengkhiantan dari seorang gadis, padahal si cowok ini serius. Bahkan
si gadis itu enggan menemui pria yang dari Jakarta karena luka di
kakinya yang belum sembuh.
Untuk nama disamarkan,
berhubung saya sedang menyukai serial UTTARAN, jadi terlintas tentang
Icha, tadinya si pria itu mau aku beri nama Veer, tapi nanti ketahuan
deh saya doyan nonton UTTARAN :D. Semoga di Part ke 2 saya bisa
memunculkan tokoh lain, tentunya setelah dia mengirimkan cerita lagi
kepada saya. (Semoga di Part ke 2 ada nama Tapasya yang muncul,
hihihihi)
ddiiihhhhh,,., UTTARAN masih aja d bahass,. icha kan wes matii
ReplyDeletehahhaa, mulane tek pindah sini, karena yang di tv Icha udah mati :D
DeleteJadi teringat MIRC jauh sebelum WhatsApp, Line, dan BlackBerry Messenger menguasai dunia chatting!
ReplyDeletePernah punya TTM juga dan berhubung lain negara jadi ... he he he amaaaan! Hmmm jadi kangen masa masa "ilusi cinta" kek gini deh Eri.
MIRC ternyata gini ya Mba. Aku nggak terlalu eungeuh di jaman itu soalnya.
ReplyDeleteHmm asik banget bacanya dari atas. Sampai di percakapan antara Adi sama Alex yang pertamanya pake loe kenapa jadi "aku" ya Mba, pas ngobrolnya?
Entah kenapa, saya ngerasa aplikasi chatting jaman dulu kayak MIRC tuh lebih romantis. Walo pernah satu dua kali aja buka MIRC hehe... Jadi inget pernah chatting nggak jelas (ngobrol ngalur ngidul) sama orang di luar negeri, cuma ya nggak sampe aneh-aneh..
ReplyDeleteBetul juga ya kalau judulnya Ilusi Cinta. Ceritanya begitu ilusi, cinta yang ilusi tapi membuat orang seperti menggilai seolah nyata.
ReplyDeleteMenunggu part 2nya nih.