Dr. Strange : Ketika Ahli Bedah Saraf Kehilangan Sarafnya. Apa yang Terjadi?
Sinopsis
:
Ketika
lembaran kitab itu tercuri oleh sang penghianat. Perkelahian terjadi
untuk perebutan lembaran kitab itu. Memang aneh, pencuri yang dulunya
merupakan murid terbaik di kuil tersebut, berbalik menjadi penjahat.
Mengendap-endap di perpustakaan dan mengambil kitab tersebut. Namun
bukan sebuknya, hanya diambil pada halaman yang dianggap
keramat. Aksi itu pun diketahui oleh Maha Guru yang terus mengejarnya
hingga ke dimensi kaca.
Pertempuran
Maha Guru dengan murid penghianat itu tak semudah membalikan telapak
tangan. Terlebih pencuri itu mendapatkan bala bantuan dari musuh Maha
Guru.
Dengan
kekuatan saktinya, murid itu mengecoh Maha Guru. Dibuatnya
gedung-gedung itu mengejar untuk menguburnya. Bangunan tersebut
menjadi fleksibel mengikuti perintah pencuri yang membaca mantranya.
The Ancinet One ketika mengejar pengkhianat |
Karena
sibuk menghindari tindihan gedung, Maha Guru pun gagal menangkap
penghianat tersebut. Mereka kabur ke dimensi lain. Sebuah dimensi
tanpa adanya batasan waktu. Dan kehidupan di sini kekal, tanpa adanya
kematian.
Maha
Guru pun kembali ke perguruannya dengan tangan kosong.
Sedang
di tempat lain, tepatnya di Jazirah Eropa, London, UK. Di sebuah
rumah sakit sedang menangani kasus operasi. Tapi entah kenapa ada
satu dokter yang tengil. Dia seenaknya sendiri memutarkan mp3 untuk
mendengarkan musik sambil mengoperasi pasien. Memang berhasil operasi
itu, bahkan sangat rapi. Dia, Doctor Stephen Strange (Benedict
Cumberbatch), seorang dokter ahli bedah saraf. Keahliannya dalam
menyambungkan sel-sel yang rusak sangatlah lihai.
Dr. Strange ketika mengoperasi pasien |
Setelah
mengoperasi pasien tersebut dia pergi ke ruang lain. Ternyata ada
pasien yang telah dinyatakan mati, namun dia tidak percaya.
Perdebatan antara dirinya dengan dr. Nicodemus Vest (Michael
Stuhlbarg) pun terjadi. Karena dr. Vest akan mengambil organ-organ
orang tersebut, dr. Strange melarang, karena pasien tersebut belum
mati, tapi masih sekarat. Yang akhirnya dia meminta untuk membawa
pasien tersebut ke ruang operasinya. Dia, dr. Christine Palmer
(Rachel McAdams) dan satu asisten mengikutinya.
Dr. Strange menangani pasien dr. Vest (membuat malu dr. Vest) |
Dr.
Strange mengatakan ada peluru dalam kepala laki-laki itu. Dengan
seksama dia mengambil peluru dan nyawa pasien itu tertolong. Dengan
sombong dia pun mengejek dr. Vest yang tak sanggup menangani
pasiennya sendiri.
Tak
berapa lama kemudian dr. Strange menawarkan Palmer untuk hadir di
acara pidatonya mengenai saraf. Tentu saja itu bukan pidato yang
pertama kalinya. Palmer tentu saja senang, karena dia sesungguhnya
jatuh cinta pada pria arogan seperti dr. Strange.
Malam
hari telah datang, dr. Strange bersiap-siap. Mengenakan pakaian
terbaiknya dan memilih jam tangan yang paling ia sukai. Dengan super
car-nya ia melaju dengan cepat. Dalam perjalanan, asistennya, Billy
melakukan panggilan dan mengirim beberapa daftar pasien untuk
ditangani. Saat sedang menentukan pilihan melalui smartphone-nya,
tiba-tiba ada yang menabraknya dari belakang. Super car-nya oleng,
menabrak pembatas jalan dan masuk ke jurang.
Matikah
dokter Stephen Strange?
Kondisinya
sangat parah, entah bisa tertolong atau tidak. Christine Palmer
begitu cemas hingga menungguinya terus. Melihatnya yang masih
terbaring hingga sadar.
Dr. Strange shock melihat kondisi kedua tangannya |
Ketika
dr. Strange siuman, Palmer terus meyakinkan bahwa semua ini akan
baik-baik saja. Namun Strange tidak percaya. Melihat tangannya
terbungkus rapi dengan perban dan terdapat tujuh puluh jarum baja
untuk memperbaiki sel-sel sarafnya. Dan ya, memang pengobatan yang
tidak baik, karena satu-satunya dokter yang ahli mengurusi saraf
hanya dirinya.
Dia
mencoba untuk menggerakan jemarinya, namun kaku dan gemetaran. Salah
seorang temannya, dr. Karl Mordo (Chiwetel Ejiofor) menjelaskan bahwa
dulu ada pasien yang sudah lumpuh karena sum-sum tulang belakangnya
tidak berfungsi, kini bisa berjalan dengan normal. Strange tidak
percaya, justru meminta riset tersebut ke Mordo. Dan Mordo menjawab
akan mencarinya, tetapi meminta Strange untuk melakukan terapi.
Sudah
berbulan bulan dan mengalami operasi sebanyak tujuh kali, tetapi
saraf-saraf pada tangan Strange belum sembuh. Mencoba meminta
pertolongan ke semua dokter melalui video call, tak ada yang
menggubrisnya. Dia frustasi, karirnya hancur!
Bagaimana
tidak hancur, seorang yang ahli bedah saraf, dulunya. Kini ia tak
mampu memegang benda dengan normal, bahkan untuk mencukur jenggot dan
kumisnya saja tak mampu. Dia sendirian melewati semua ini. Ah,
sebenarnya tidak, ada Christine Palmer yang setia merawat dan
menguatkannya. Meyakinkan dia bahwa tak masalah kalau tidak menjadi
dokter lagi. Ada banyak cara lain untuk menyelamatkan orang.
Tetapi,
kepedulian dan perhatian Palmer tak berarti apa-apa. Dia justeru
mendapatkan cacian dan makian dari Strange, dan mengusirnya pergi.
Strange alone, just home alone. Memberantakan seisi rumah,
melampiaskan semua amarahnya. Hingga ia tak sengaja menjatuhkan
sebuah buku. Ada sebuah nama yang tertulis di situ, Jonathan Pangborn
(Benjamin Bratt).
Dr. Strange menemui J. Pangborn |
Dia
segera menemui mantan pasien lumpuh akibat kerusakan sum-sum tulang
belakang. Kondisinya saat ini sangat mengejutkan. Dulu dia hanya bisa
terbaring lemah, kini ia mampu hidup normal, bahkan bermain basket.
Strange ingin tahu bagaimana caranya. Pemuda itu memberi tahu bahwa
dirinya sembuh karena sudah menyerah ketika sekarat yang akhirnya
berobat di ‘Kamar-Taj’. Sebuah tempat yang jauh, bahkan
bayarannya sangat mahal, karena bukan uang.
Pergi ke Kathmandu, Nepal, seorang diri |
Strange
berangkat seorang diri menuju Kamar-Taj yang terletak di Kathmandu,
Nepal. Dia bertanya ke beberapa orang tentang alamat Kamar-Taj. Saat
hampir sampai dia dihadang perampok yang menginginkan uang. Strange
tak punya, namun perampok itu melihat jam tangan yang ia kenakan. Jam
tangan kesayangan Strange. Tak mungkin ia berikan. Dia pun dikeroyok,
beruntung ada yang menolongnya. Tak lain dan tak bukan, dr. Mordo.
Dibawanya
Strange ke Kamar-Taj oleh dr. Mordo, yang merupakan salah satu master
di kuil tersebut. Strange diperkenalkan kepada The Ancient One (Tilda
Switon), Maha Guru di kuil tersebut. Strange tetap angkuh dan
sombong, dia tidak mau dipanggil ‘Mr. Strange’ tetapi ‘dr.
Strange’. Melalui perdebatan yang cukup rumit, karena Strange tak
percaya akan adanya hal-hal gaib dan roh, Ancient One menunjukan
segala sisi dimensi. Hingga Strange dibuat takjub olehnya dan ingin
belajar. Permintaannya ditolak, ia diusir dari Kamar-Taj. Strange tak
patah semangat untuk memohon, dia menunggunya selama lima jam di
depan pintu. Yang akhirnya dia diizinkan masuk.
Hari
demi hari Strange terus belajar, namun dia tak sanggup beralasan
tangannya tak bisa bergerak dengan baik. Padahal menurut Ancient One,
bukan karena tangan atau organ lainnya tetapi karena otak, jiwa dan
hati yang harus fokus serta tidak hanya memikirkan dirinya sendiri.
Hingga suatu hari melalui dimensi waktu, Strange dibawa ke Puncak
Everest. Dingin yang sangat menakutkan. Dia ditinggal sendiri di
situ. Dengan terpaksanya, Strange mengucap mantra dan membuka pintu
menuju kuil Kamar-Taj. Semua itu menjadikan ia untuk semangat hidup.
Belajar seorang diri di Puncak Everest |
Selain itu dia juga merindukan Christine. Melihat jam tangan yang
pecah itu mengingatkan dia kepada Christine, karena itu pemberian
darinya. “Time Will tell how much I love You ~ Christine!” Ya,
benar, memang waktu yang akan menunjukan betapa besarnya cinta
Christine ke Strange. Dengan segala rasa rindu, ia mengirimkan email
ke wanita yang dia cintai.
Satu-satunya yang tersisa dari Christine |
Sejak
saat itulah, dia mulai belajar dengan tekun, mempelajari semua ilmu
dan mantranya. Bahkan kitab terlarang pun ia pelajari yang membuatnya
mengerti akan dimensi tanpa batas waktu atau dimensi kegelapan yang
diciptalan Dormammu.
Hal
tersebut dihentikan oleh Wong (Benedict Wong), petugas penjaga
perpustakaan. Dan dia pun bercerita siapa sebenarnya Ancient One.
Yang merupakan keturunan langsung dari Sorcerer Supreme yang hidup di
ribuan tahun lalu. Dia hidup untuk menjaga dunia dari kerakusan
Dormammu. Ada tiga kuil yang menjaga di dunia ini yaitu di New York,
Hongkong dan London. Semua kuil itu bertugas menjaga keseimbangan
dunia.
Saat
Wong belum selesai untuk menjelaskannya, kuil di London diserang.
Menyeret Strange masuk ke kuil tersebut. Dia berhadapan dengan
Kaecilius (Mads Mikkelsen), penghianat Ancient One yang mencuri
lembaran kitab terlarang. Dengan ilmu yang belum begitu mumpuni,
Strange kewalahan menghadapi Kaecilius dan anak buahnya. Dalam
pertempuran, ketika Strange tersungkur menemukan jubah Levitasi,
pemilik kuil yang telah dibunuh Kaecilius. Tak berapa lama, Kaecilius
dapat dilumpuhkan. Namun, dia terus berbicara dan merayu Strange
untuk masuk ke dimensi tanpa batas waktu. Kaecilius juga menceritakan
bahwa Ancient One berbohong, karena dia juga yang menjadikan Dormammu
ada. Ancient One telah menarik seluruh unsur kebaikan di dunia agar
tetap hidup. Dengan posisi yang bimbang, Strange tiba-tiba diserang
oleh anak buah Kaecilius tepat di jantung.
Dengan
susah payah ia membuka dimensi ke rumah sakit. Memanggil Christine
untuk mengoperasinya. Sedangkan rohnya keluar dan membuat kaget
Christine. Roh Strange meminta Christine untuk menyuntikkan obat
tepat di jantung. Kemudian roh Strange juga berkelahi dengan roh anak
buah Kaecilius yang mengikutinya.
Christine
memacu jantung Strange sesuai permintaannya, 360 tekanan. Dan itu
berhasil membuat Strange sadar. Dia bergegas. Namun sebelum pergi dia
mengungkapkan isi hatinya, menyesal telah memperlakukan buruk
terhadapnya.
Dr. Christine Palmer akan memacu jantung dr. Strange |
Strange
kembali ke kuil London. Mordo dan Ancient One menemuinya. Strange
marah dan kecewa. Merasa dirinya telah tertipun. Mengungkapkan
seluruh amarahnya dan menyakiti hati Ancieont One yang akhirnya
pergi. Sedangkan Mordo menugur seharusnya Strange tak mengatakan hal
itu. Strange masih marah dan ingin keluar dari semua ini. Ingin
kembali menjadi dokter lagi. Pada saat ingin meninggalkan Mordo,
Kaecilius dan orang-orangnya datang. Strange melawan dan membawanya
ke dimensi kaca.
Namun
semua itu seperti bunuh diri. Kaecilius menggunakan sihirnya untuk
melenturkan bangunan dan menimpa mereka berdua. Secepat apapun merela
lari, tetap saja tidak ada perubahan. Karena Kaecilius menggunakan
ilmunya untuk menarik bangunan-bangunan.
Kaecilius bersiap-siap melawan The Ancient One |
Pada
saat mereka terdesak, Ancient One datang untuk menolong. Terjadilah
pertarungan di atap gedung kaca. Dengan liciknya, Kaecelius menyerang
Ancient One yang sedang melawan anak buah Kaecilius. Acient One kalah
dan dilemparkan ke dunia nyata, terjatuh dan terluka parah.
Strange
dan Mordo membawanya ke rumah sakit. Strange ikut andil untuk
mengoperasinya. Tetapi pada saat akan menyuntikan obat ke otak,
jarinya masih gemetaran. Dia memita dr. Nick yang melakukanya.
Sementara itu roh Strange menemui roh Ancient One. Memintanya untuk
kembali, namun menolak. Ancient One juga menceritakan kalau pasien
yang dulunya lumpuh dan kini sembuh, ia mempelajari ilmu sihir dan
menggunakan untuk mengobatinya.
Arwah Strange ketika membujuk arwah Anchient One untuk kembali |
Pada
akhirnya Ancient One meninggal, tapi di Film The Avengers: Endgame, dia muncul kembali. Strange mengajak Mordo ke kuil di
Hongkong yang dijaga oleh Wong. Namun kedatangan mereka sedikit
terlambat, kuil itu sudah dihancurkan oleh Kaecilius dan
orang-orangnya. Tetapi Strange tidak patah semangat, dia mencoba
menggunakan mantra pemutar waktu. Dikembalikannya semua bangunan yang
runtuh kembali kokoh seperti semula, bahkan mampu menolong Wong yang
sudah tertimbun reruntuhan gedung.
Tiba-tiba
Dormammu datang, waktu terasa berhenti. Orang-orang di sekitar
tiba-tiba mematung. Kaecilius menyerang Strange, Mordo dan Wong. Pada
saat Strange terjatuh, Mordo mencoba memberi semangat, dan Strange
pergi menemui Dormammu. Mordo berpikir kalau Strange kabur dan tak
sanggup lagi.
Dalam
menemui Dormammu Strange mencoba bernegosiasi yang membuat Dormammu
marah yang kemudian membunuh Strange. Tetapi Strange hidup kembali,
dan mengulang kejadian-kejadian sama ke Dormammu sampai puluhan kali.
Dormammu dibuat stress, mengapa hal itu terjadi berulang-ulang. Tapi
itulah kehidupan tanpa batas waktu dan kematian. Semuanya akan
terjadi berulang-ulang seterusnya. Dormammu menyerah dan meminta
dibebaskan.
Strange
membuat kesepakatan dengan Dormammu, yang mengharuskan Dormammu pergi
dari dunia ini dan jangan sekali-kali mengganggunya. Kesepakatan
disetujui, Kaecilius pun musnah menjadi butiran debu. Semua orang dan
waktu kembali berjalan normal.
Mordo berpamitan untuk menjadi manusia biasa |
Semua
usai, Mordo mengundurkan diri dia ingin menjadi manusia biasa.
Strange dan Wong kembali ke perpustakaan untuk mengembalikan bola
ajaib dan kitab yang telah dipelajari. Yang kemudian dia pergi ke New
York untuk menggantikan master di kuil yang sudah tewas.
Yah,
meski dia tetap menyesal karena tangannya tak sembuh dan tak bisa
menjadi dokter lagi. Tetapi dia ingat kata Christine, menyelamatkan
orang tak harus jadi dokter.
Review:
Nonton
film dr. Strange itu sungguh mengasyikan. Perpaduan ilmu kedokteran
yang harus bertemu dengan ilmu spiritual dengan mantra-mantra yang
luar biasa. Bahkan mantra tersebut mampu menembus ke dimensi lain.
Seperti dimensi kegelapan, yang merupakan dimensi tanpa batas waktu.
Dalam dimensi ini, membuat saya teringat di akhirat nanti yang begitu
abadi. Di film yang hanya dunia hayalan saja mengerikan sekali itu
dimensi tanpa batas waktu. Memang enggak boleh menyamakan dimensi di
film ini dengan dunia akhirat nanti. Karena akhirat itu pasti ada dan
kita masih belum tahu apa yang akan terjadi pada diri kita nantinya.
Hanya dua pilihan Surga or Neraka. Loh, malah bahas akhirat, ngeri
hikss, sadar amalanku belum banyak. Yang banyak malah dosanya.
Balik
lagi ke Film Dr. Strange. Film ini mengisahkan kehidupan seorang
dokter ahli bedah saraf yang mengalami kecelakaan fatal dan
menyebabkan matinya sel-sel saraf pada kedua tangannya. Dengan
begitu, tidak bisa menggerakan jemarinya secara normal. Gemetaran
terus, tak mampu menangani pasien lagi. Jangankan mengobati dan
mengoperasi pasien, mengobati dirinya sendiri pun tak bisa. Iya, tak
ada yang mampu mengoperasi sel-sel saraf dengan sempurna kecuali
dirinya. Tak ada dokter yang sanggup menangani, karena satu-satunya
dokter paling ahli menangani saraf, hanya dia sendiri, dr. Stephen
Strange.
Dalam
keputusasaan, dia pergi ke Kathmandu, Nepal, untuk mengobati lukanya.
Alih-alih menyembuhkan saraf pada jari-jemarinya, dia justeru belajar
ilmu spiritual. Dalam waktu yang singkat dia mampu menguasai ilmu
itu. Bahkan berani membuka kitab Cagliostro, yang berisikan
mantra-mantra berbahya.
Dengan
pengetahuan yang dimilikinya, mau tidak mau dia harus ikut andil
dalam melindungi dunia. Harus berperang melawan para musuh dari
dimensi kegelapan yang dipimpin Dormammu. Meski awalnya ia tidak mau
dan merasa tertipu karena jemari tangannya tetap saja belum sembuh.
Tapi semuanya telah terlewati, nasi sudah menjadi bubur.
Di
sisi lain, dia harus merelakan berpisah dengan wanita yang sangat
dicintainya, dr. Christine Palmer. Dia mengatakan harus pergi, tetapi
dia juga tak ingin kalau Christine ikut pergi. Entahlah, memang
Strange ini pemilik ego yang besar. Dirinya harus pergi melanglang
buana, tetapi tidak menginzinkan wanita yang dicintainya ikut pergi.
Maksudnya apa coba? Dalam adegan ini rasanya dibuat baper. Mereka
saling mencintai, tapi harus terpisah. Yang satu harus pergi entah ke
mana dengan tujuan menyelamatkan dunia. Tapi harus meninggalkan
wanita yang dicintainya hidup sendiri. Adilkah untuk Christine?
Strange berpamitan ke Palmer |
Di
film ini alurnya cepat, dan langsung ke pokok permasalahan. Kita
semua dibuat langsung tahu siapa musuh utama, dan siapa itu maha guru
Ancient One.
Yang
masih menjadi penasaran dan pertanyaan, siapa yang menabrak dr.
Strange hingga mengalami kecelakaan parah?
Sebelum
kecelakaan dr. Strange melaju dengan kecepatan tinggi menggunakan
mobil yang keren abis. Saat berkomunikasi melalui telepon seluler
dengan Billy agar mengirimkan data pasien yang akan ditangani,
tiba-tiba dari belakang ada yang menabraknya. Kejadiannya begitu
cepat dan Strange hilang kendali.
Siapa
yang mengendarai mobil untuk menabrak Strange? Dr. Vest kah yang
merasa terhina karena pasiennya ditangani dr. Strange? Atau murni
kecelakaan? Atau dokter saraf lain yang ingin mengisi pidato,
menggantikan dr. Strange?
Di
sini belum dijelaskan siapa pelaku atau penyebab kecelakaan pastinya.
Namun, untuk lainnya keren, seru, menegangkan dan membuat mata tetap
terjaga tak ingin berkedip. Sebuah film dengan unsur keseriusan
tinggi.
Kesimpulan:
Dalam
film ini banyak mengajarkan nilai-nilai moral secara tidak langsung.
Di sini jelas terlihat arogansinya dr. Strange karena dia
satu-satunya orang yang mampu membedah sel-sel saraf dengan perfect,
bahkan untuk kasus lain pun dia sangat ahli. Dengan reputasi dan
sanjungan yang terus ia dapatkan dia menjadi sombong, angkuh, dan
sangat egois. Bahkan saat setelah dia mengalami kecelakaan, dia tetap
angkuh dan egois.
Dari
semua itu, mengajarkan kepada kita, bahwa betapapun hebatnya orang,
tidak boleh sombong, angkuh, arogan atau lainnya. Karena ketika Tuhan
mengambil semua skill yang dimiliki, kita tak mampu apa-apa lagi.
Ilmu yang kita miliki pun tak sanggup untuk mengobatinya, seperti
halnya dr. Strange, ahli bedah saraf tapi tak mampu mengembalikan
saraf jari-jemarinya yang rusak.
Selain
itu, mengajarkan kepada kita, musibah fatal bukanlah akhir dari
segalanya. Justeru menjadi awal untuk memulai kehidupan baru. Dan ya,
menyelamatkan nyawa orang tak harus jadi dokter.
Dan,
sifat yang bisa kita contoh dari dr. Strange, ketika takut, maka
teruslah belajar dan belajar. Ketika terdesak, jangan menyerah untuk
mencari jalan keluar dari berbagai sisi.
Ya,
itulah tentang dr. Strange, dokter angkuh yang akhirnya menjadi
Master penjaga kuil di New York.
Pengen nonton ini nih, belum kesampaian..
ReplyDeleteAyo Mbak, nonton, mumpung masih hangat, hehehe
DeleteWaaah...., seru ini film. Makasih banyak ya, Mbak, resensinya jadi membuat saya semakin ingin nonton secara langsung :)
ReplyDeleteSama2,Mas Akhmad. Silakan nonton dan nikmati keseruannya ;)
Deletemasih ada ga ya filmnya.... aku telat blm nonton film yg ini... kalo udh ga diputer, trpaksa harus cari tempat lain :D.. kmrn udh sempet liat trailernya, udh tertarik sih mba... cuma suami yg agak males, krn anggab filmnya aneh..
ReplyDeleteKayaknya masih ada,cuma jadwal tayangngya yg sekali aja. Tapi didonwload juga sudah bisa.
DeleteIya, awalnya emang rada aneh, dokter saraf malah belajar sihir, xixixixi
Kayaknya masih ada,cuma jadwal tayangngya yg sekali aja. Tapi didonwload juga sudah bisa.
DeleteIya, awalnya emang rada aneh, dokter saraf malah belajar sihir, xixixixi
Aduh... belom sempet nonton film ini nih. :(
ReplyDeletekayaknya seru ni filmnya .... patut di tonton
ReplyDelete