Dieng, Pesona Negeri di Atas Awan yang Wajib Kamu Kunjungi
Perjalanan ke Banjarnegara kali ini cukup spesial dan luar biasa bagi saya pribadi. Dari awal keberangkatan, saya juga sudah memulai petualangan di jalan. Kenapa bisa begitu? Karena saya berangkat seorang diri dari Purbalingga dengan naik bus yang melaju ke Banjarnegara. Bus yang saya tumpangi ini memang bisa dibilang keren. Iya, keren, meskipun tak seramah dan semanis Tayo. Tapi bus ini melaju dengan cepat mengantarkan saya ke Alun-Alun Banjarnegara. Dari Alun-Alun, saya naik ojek online menuju Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara. Tujuan saya ke Banjarnegara tentunya bukan tidak ada maksud, melainkan akan mengikuti Famtrip Banjarnegara 2018.
Setelah berkumpul dan briefing beberapa menit, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Dieng dengan mengendarai bus yang telah disediakan. Perjalanan yang cukup berat lagi buat saya ini. Jalan yang kami lalui melewati daerah Karang Kobar. Yang sudah pernah lewat ke sini pasti tahu kan jalannya bagaimana, meliuk-liuk dan penuh sensasi. Namun yang menyenangkan bagi kami pemandangan yang ada di kanan kiri sangat memanjakan mata. Terlebih saat mendekati puncaknya. Setelah hampir dua jam perjalanan, akhirnya kami sampai juga di tujuan lokasi.
Terus, di Dieng Ngapain saja? Ini dia keseruan yang ada di Dieng, Negeri di Atas Awan.
Menapaki Kompleks Candi Arjuna
Arjuna? Siapa sih yang tidak tahu sosok pria tampan yang selalu diidam-idamkan oleh kaum hawa? Bahkan dijadikan simbol lambang cinta yang epik. Belum lagi dia merupakan seorang pria yang cerdas, pandai dan mampu mengatur strategi perang. Dalam kisah Mahabharata, sosok Arjuna juga dikenal sebagai teman dekat Dewa Krisna, bahkan dalam perang Bharatayudha, Dewa Krisna menjadi kusir kuda Arjuna.
Kisah yang sangat melegenda seperti halnya kisah Rama dan Shinta yang masih terdengar sampai di zaman modern begini.
Namun, perjalanan saya ini bukan untuk menemui Arjuna sesosok manusia yang banyak penggemarnya itu, melainkan sebuah candi. Di Kompleks Candi Arjuna ini banyak spot-spot wisata budaya yang tersaji. Di bagian kanan (saat kita masuk ke pintu gerbang) ada Dharmasala dan di ujungnya ada dua sumur yang cukup fenomenal. Ialah Sendang Maerakaca dan Sendang Sedayu.
Kedua sedang tersebut merupakan sumber mata air untuk pemandian. Sendang Maerakaca diartikan sebagai tempat membersihkan diri dan instropeksi diri apa saja yang telah dilakukan. Sedangkan Sendang Sedayu diartikan untuk mensucikan diri. Untuk Sendang Sedayu ini, airnya masih diambil untuk jamasan sebelum ruatan pemotongan rambut gimbal.
Setelah puas melihat kompleks Dharmasala kami melanjutkan ke Candi Arjuna. Sebelum masuk ke candi, kami wajib pakai batik dulu, ya. Biar makin manis saja deh kami. Anggap saja putri raja. Bahahahaha.
Dan ya… sampai juga di hadapan Candi Arjuna ini. Di deretan ini ada beberapa candi loh, bukan cuma Candi Arjuna. Di bagian deret sebelah timur terdapat Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Sedangkan deret sebelah barat hanya tinggal satu candi, yakni Candi Semar. Selain itu juga terdapat beberapa sisa-sisa bangunan asrama kala itu.
Untuk pemndangan di sini juga sangat menawan. Angin semilir yang menyentuh lembut membuat sejuk dan nyaman meskipun cuaca panas. Di pinggir pun terdapat beberapa tanaman yang menjadikan tempat ini semakin indah.
Mengunjungi Pendopo Soeharto – Whitlam
Setelah selesai mengunjungi Candi Arjuna, kami keluar dari kompleks tersebut. Selanjutnya kami mengunjungi sebuah bangunan seluas 80 meter persegi yang terletak di dekat Kompleks Candi Arjuna. Bangunan ini merupakan pendopo yang dulunya sebagai balai atau tempat bertemunya Presiden Republik Indonesia, Soeharto dengan Perdana Menteri Australia, Gough Whitlam. Mereka bertemu pada tanggal 06 September 1974 untuk membahas Timor Timur. Sehingga bangunan ini dinamakan Soeharto-Whitlam.
Dan sampai sekarang, bangunan ini dijaga/dirawat dan bisa dikunjungi untuk belajar tentang sejarah masa lampau. Ya, benar, kalau saya enggak ke sini, mana tahu dulu Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Whitlam ke sini.
Menatap langsung Kawah Sikidang yang terus melompat-lompat
Kunjungan ke Kompleks Candi Arjuna dan Pendopo Soeharto-Whitlam telah usai, kami lanjutkan menuju Kawah Sikidang. Puncak ini merupakan gunung yang aktif. Selain itu aroma belerang sangat terasa. Jadi bagi yang tidak terbiasa menciumnya sebaiknya siapkan masker (seperti saya). Meskipun begitu, kawah ini aman untuk dikunjungi, bahkan dari jarak dekat, kita bisa melihat air panas yang mendidih dan terus meletup-letup.
Kawah Sikidang ini menarik dan cukup banyak menyimpan misteri. Dari dulu kawah ini terus berpindah-pindah atau melompat-lombat seperti Kijang, sehingga dari sifatnya yang suka berpindah-pindah tempat, Kawah ini dinamakan Kawah Sikidang.
Salah satu spot foto di Kawah Sikidang |
Jarak sedekat ini tetap aman, Guys.. yang penting jangan melompati pagar pembatas ya. |
Kalau ke Dieng, dan tidak ke Kawah Sikidang, rasanya juga kurang afdol. Jadi, jangan lupa ya, mampir ke Kawah Sikidang untuk menelusuri jejak kawahnya atau hanya sekedar melihat air yang mendidih.
Belajar Desa Wisata pada ahlinya di Dieng Kulon
Dari Kawah Sikidang kami melanjutkan ke Desa Wisata Dieng Kulon. Kami dipandu oleh ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Pandawa, Mas Alif. Beliau mengajak kami mengunjungi ke salah satu Homestay yang dijadikan pusat pembuatan lukis kayu juga. Homestay ini sangat menarik, di ruang tamu terdapat hiasan-hiasan dari kayu yang terbuat dari tangan pemilik homestay tersebut.
Kami juga menjajal untuk melukis kayu. Namun berhubung kami pemula, kayu diganti menjadi kardus bekas terlebih dahulu. Ternyata untuk melukis begini perlu ketekunan dan ketelatenan. Enggak bisa asal coret terus langsung jadi, tapi ya kudu sabar gitu biar hasilnya bagus. Kalau sudah mahir sih pasti tingal urek-urek saja sudah bagus hasilnya.
Sambil mengurek-urek kardus, kami juga mendengarkan tentang konsep desa wisata di Dieng Kulon yang dipaparkan oleh Mas Alif. Beliau menceritakan bahwa konsep desa wisata yang diterapakan ada tiga pokok, yaitu Something to See, Something to Do, Something to Buy. Seperti halnya di Keramik Mustika Klampok yang membuat kami terpesona akan karya-karya unik dan menarik dari tanah liat.
Bagi saya hal ini sangat menarik, karena wisatawan akan sangat dimanjakan di desa wisata ini. Yang pertama Something to see, tentu saja wisatawan akan disuguhi panorama yang sangat indah dan tiada duanya di Dieng Kulon ini. Yang kedua Something to do, wisatawan yang datang akan ikut beraktivitas layaknya orang yang ada di Desa Dieng Kulon. Mereka bisa ikut bertani, menjemur diri di pagi hari biar hangat atau membuat kerajinan. Sedangkan yang terakhir, Something to buy. Diharapkan wisatawan yang berkunjung akan membeli produk khas lokal yang ada di daerah Dieng. Salah satu produk yang sangat terkenal ialah Carica, Purwaceng dan Terong Belanda.
Untuk rasa Carica ini memang enak banget, manis kayak saya, eh dirimu. Kalau orang yang menderita penyakit diabetes, diharapkan pas makan Carica ini dicampur lagi dengan air ya (tentu air matang yes), masih tetap enak kok rasanya, malah bikin ketagihan.
Berburu Mitos di Sumur Jalatunda
Sudah puas berbincang-bincang dengan Mas Alif di Kawasan Desa Wisata Dieng Kulon, kami turun gunung, ya enggak turun-turun amat sih, masih di Kawasan Dieng. Kali ini kami melanjutkan ke Sumur Jalatunda. Dulunya merupakan lubang kepundan yang mengalami letusan dahsyat. Sehingga menjadi sebuah sumur dengan luas 90 meter persegi dan kedalaman 100 meter.
Masyarakat setempat percaya bahwa siapa saja yang berhasil melemparkan batu tiga kali berturut-turut ampai ke seberang sumur/dinding maka keinganannya akan terwujud.
Untuk menuju ke sumur ini kita juga menaiki tangga. Katanya jumlah tangga yang kita naiki dan turuni pasti berbeda. Percaya atau enggak, saya mengalami sendiri. Pas naik, saya hitung tangganya ada 87 anak tangga. Pas turun, saya hitung cuma 86 anak tangga.
Bermalam di D’Qiano Hot Spring Waterpark Dieng
Okay, matahari telah tenggelam, saya yang imut (amit-amit kali) harus masuk ke peraduan. Hahaha.. Sudah capek keliling Candi Arjuna, Kawah Sikidang dan Sumur Jalatunda, saatnya kita rebahan di tempat yang enak, nyaman dan memanjakan diri.
Yupz, kami bermalam di D’Qiano Hot Spring Waterpark Dieng. Catatan, kami enggak tidur di kolam ya, tapi kami tidur di hotelnya. Jadi D`Qiano ini juga ada kamar untuk penginapan. Asyik loh menginap di sini. Kasurnya empuk, kamarnya ada televisi, spot view ke luar dengan pemandangan hamparan yang luas, kamar mandi di dalam ada bathtubnya. Dan perlu digaris bawahi ya, air di sini itu hangat. Jadi enggak usah takut kalau di luar itu dingin, mandi aja lagi.
Jadi nih, siapa saja yang liburan ke Dieng, terus bingung nyari tempat tinggal di mana, bisa bangetlah ke D`Qiano Hot Spring Waterpark Dieng. Tersedia kamar yang family room dan deluxe room. Kalau family room, ada dua kamar, lantai bawah dan lantai atas. Yang lantai bawah terdapat satu kasur spring bed di ranjang dan satu kasur gelaran di lantai. Sedangkan lantai atas terdapat satu kasur yang besar di ranjang dan dua kasur gelaran di lantai.
Tersedia juga air mineral dan alat pemasak air. Jadi kalau mau bikin air panas untuk seduh kopi atau teh tinggal colok. Gula, kopi dan teh serta cangkir juga sudah disediakan. Tinggal ambil lah. Anggap saja rumah sendiri. Nyaman abis deh.
Harga kamar Family Room Rp 800.000 per night, kita bisa bawa suami, istri dan anak-anak bahkan saudara-saudara lain. Sedangkan untuk Deluxe Rooms harganya Rp 500.000 per night. Cocok banget nih buat pasangan baru menikah, liburan ke Dieng dan menginap di D`Qiano.
Selain itu, di sini juga terdapat kolam renang dengan air panas. Bayangkan ya, malam-malam kok renang padahal udara dingin. Kan ngaco. Tapi di sini enggak ngaco, lah wong airnya panas, ya siapa yang enggak betah renang. Malahan kalau enggak ngantuk maunya berenang terus sampai pagi.
Kalau mau masuk ke kolamnya saja juga bisa, harga tiket masuknya cuma Rp 25.000 per orang. Kan murah meriah.
Mengejar Sunrise di Bukit Pangonan dan Menikmati Padang Savana
Rencananya sih kami pagi-pagi mau ke Bukit Sipandu. Berhubung kami kesiangan, start dari hotel D`Qiano pukul 05.00 WIB, jadi enggak keburu kalau ke Bukit Sipandu yang jaraknya cukup jauh dan harus jalan kaki selama 45 menit. Rute jadinya dialihkan ke Bukit Pangonan.
Dengan naik bus kami sampai di posko/pintu untuk mendaki ke Bukit Pangonan. Saya pikir lanjut naik bus gitu, eh tahunya harus jalan kaki. Hihihihi.. Jujur saja saya lelah dan capek karena sudah lama tidak mendaki. Di jalan setapak menuju bukit, kami sempat melihat petani yang sedang menanam kentang. Dan mereka bangunnya jauh lebih pagi dari saya, tapi mereka tetap sehat dan enggak ngeluh. Lah saya, udah bangun siang, banyak ngeluh. Capek deh….
Melihat teman-teman yang semangat, saya jadi semangat pula untuk melanjutkan perjalanan. Setapak demi setapak saya lalui. Beberapa kali berhenti untuk melepas lelah dan megap-megap. Alhamdulillah, masih bisa melihat sunrise walau sebentar. Kemudian perjalanan kami lanjutkan untuk menuju ke Padang Savana. Ini harus ekstra kuat dan sabar ya.. jalan setapak berliku, tapi tenang tak seliku dan seterjal beban hidupku, wkwkwkwkw.
Di dalam perjalanan kami juga menemukan tanaman bambu yang unik. Kenapa dibilang unik? Karena bambunya kecil-kecil banget. Terus tidak tumbuh tinggi seperti bambu-bambu pada umumnya. Itung-itung sambil istirahat, saya berhenti sejenak buat ambil foto.
Dan tak lama kemudian akhirnya sampai juga di Padang Savana. Kami semua berteriak kegiarangan melihata pemandangan yang aduhai indahnya. Menjerit bahagia dan puas. Ternyata rasa capek, lelah dan lapar terbayar dengan sangat-sangat lunas. Bagaimana tidak? Kami disuguhi Padang Savana yang apik dan menentramkan. Suasana sejuk dan damai sangat terasa sekali di sini.
Mau ambil foto model apa pun juga di sini okay-okay saja. Mau goleran, jumpalitan, mau apa saja, terserah, yang penting jangan mati gaya.
Oh ya, for your information juga nih buat temen-temen, kalau Padang Savana ini juga bisa dijadikan area camping ground yang bagus. Namun mohon dengan sangat ya, hati-hati ketika membuat api unggun atau membakar kayu sebagai penghangat, karena tanaman mudah terbakar. Intinya jaga lingkungan jangan sampai rusak, agar kita semua terus bisa menikmati keindahan alam yang begitu memesona.
Itulah beberapa spot atau tempat-tempat yang kami kunjungi waktu ke Dieng. Bagi teman-teman yang mau liburan ke Banjarnegara, jangan lupa ya, mampir ke Dieng, Pesona Negeri di Atas Awan yang sangat memukau.
Sebenarnya kalau diceritakan lebih detail masih bisa dan lebih banyak lagi, tapi apa daya, ini sudah ribuan kata, nanti kalau kepanjangan bakalan bosan yang membaca. Cerita selanjutnya nanti masih ada kunjungan ke Serulingmas, terus Arung Jeram di Kali Serayu yang super wow, jadi pantengin terus ya, blog erycorners ini. Terima kasih.
Padang Savananya cantik niaaan yaa, mesti kesini lagi bareng keluarga. Dan harus siapkan fisik agar gak seperti kemarin. Jantungku detaknya cepet banget, makanya enggak aku lanjutkan perjalanan mendaki bukit Pangongan
ReplyDeleteIya, mba Wati.. Besok-besok kalau ke sini lagi harus siapin fisik dulu. Saya juga ngos-ngosan, Mbak.
DeleteDieng itu tempat favoritku bangeeeeeet, karenaa dingin :D. Aku ga kuat panas, jd semua tempat yg suhu nya sejuk, pasti bakal aku suka. Trakhir kesana dec 2013, dan aku ke sumur jalatunda juga, kawah sikidang, puncak sikunir, kawah candradimuka yg menurutku paking menarik malah drpd sikidang. Apalagi di sana ada sumur adem ayem yg sebelahan ama kawah, tp ajaibnya berair tawar dan dingiiiiin. Padahal kawah di sampig menggelegak trus.
ReplyDeleteTrus sempet ke telaga pengilon dan telaga 2 wrna juga ama teaternya.
Tapi pas kesana aku tinggal homestay di rumah penduduknya mba. Itu hotelnya baru yaaa. Prasaan aku sempet browsing tempat penginapan di dieng dan ga tau samasekali ttg hotel dqiano ini. Kalo tau mah, kita pasti lbh milih di hotel lah drpd rumah penduduk. Bukan napa2, tp kamar mandinya ga ada air panas. Kayak air kulkas dingin airnyaaa wkwkwkwk
Hahaha iya.. Kalau Dqiano ini hotel dan waterpark juga. Sudah cukup lama juga hotelnya. Kalau ke Dqiano lewatnya jalur Karang Kobar (dari Banjarnegara). Lokasinya sebelum Candi Arjuna belok kiri. Dekat dengan Kawah Sileri.
Delete