Menengok Pasar Kampung Duku, Pasar Kuliner Ndeso ala Purbalingga
Pasar Kampung Duku Purbalingga |
Hallo, Guys, jumpa lagi dengan saya di blog erycorners. Masih tentang tempat wisata Purbalingga yang makin hari makin kece, makin ramai dan tentunya makin banyak pilihan untuk bisa dikunjungi oleh siapa saja dari usia sangat muda hingga dewasa. Termasuk untuk menjelajahi Purbalingga bersama keluarga.
Ditambah lagi saat ini sudah hadir Pasr Digital Kampung Duku yang terletak di Dusun 2 Sidompo, Desa Kembaran Wetan, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Seperti pasar digital pada umumnya, pasar ini juga mengusung konsep kuliner dengan makanan khas dan suasana yang lebih ndeso atau zaman dulu. Memang belum setenar dan semeriah Pasar Lodra Jaya yang ada di Banjarengara yang sudah memasuki kurun waktu satu tahun. Pasar Kampung Duku ini baru dibuka pada bulan Mei 2019 kemarin dan awalnya menjadi pasar jelang sore (menjelang buka puasa) kala itu.
Berhubung ini di Purbalingga, kami penasaran dong, ingin berkunjung ke Pasar Kampung Duku juga. Sehingga pas hari Minggu, 25 Agustus 2019, saya, suami, Mba Neli, Mas Bangkit main bareng ke Pasar Kampung Duku untuk berburu sarapan. Ya meskipun cukup siang sih kami nyampai di sana, karena saya dan suami juga terjebak macet di jalan karena banyak yang sedang karnaval.
Suasana Pasar Kampung Duku
Ketika hampir sampai di lokasi kami disuguhkan dengan jalan setapak yang rajin dan banyak penunjuk arah menuju pasar ini. Penunjuk arahnya terbuat dari anyaman bambu dan sangat nyeni. Sampai di tempat parkir ternyata masih sepi. Saya berpikir enggak buka nih, akhirnya saya ke salah seorang bapak, beliau mengatakan bahwa pasar buka, tetapi kesiangan, karena semalam sudah melakukan resepsi Peringatan HUT RI ke 74.
Tampak lengang, Pasar Kampung Duku |
Pasar ini tergolong adem karena di bawah pepohonan buah duku dan pohon bambu. Meski matahari menyengat kalau di jalan atau tanah lapang, di sini kita masih bisa merasakan angin sepoi-sepoi. Sejuk tenan, Rek.
Berburu Kuliner di Pasar Kampung Duku
Uang ketip terbuat dari batok kelapa | Foto from www.minggatan.com |
Sesuai dengan niat awal kami datang ke sini kan mau cari sarapan. Tetapi sebelum itu, wajib menukar uang kita dengan ketip yang sudah tersedia di pintu masuk. 1 ketip ini nilainya sama dengan Rp 2.000,00. Setelah menukar uang, kami langsung menuju penjual sate yang Nampak kerepotan membakar sate karena baru buka langsung diburu oleh beberapa pembeli. Saya pesan dua porsi, karena satunya buat suami. Sambil nunggu sate matang, saya mencari minuman dong, ternyata ada yang jual dawet juga. Pesen dua lagi. Dan selanjutnya duduk-duduk di bawah pohon bambu yang sangat rindang.
Sate pesanan saya datang juga |
Jajan punya Mba Neli | Foto from www.minggatan.com |
Kemudian Mba Neli menyusul dengan membawa jajanan yang sudah dipesan berupa tahu goreng, aci goreng, dan beberapa macam makanan yang terbuat dari umbi-umbian. Saya tidak hapal, Guys. Hahahaha. Untuk minumnya Mba Neli pesen wedang rempang. Sama kayak Mas Bangkit juga pesan wedang rempah dan seporsi sate.
Bisa menerima pesanan juga loh | Foto from www.minggatan.com |
Dua es dawet dan aneka jajanan yang kami beli |
Untuk rasa memang ya seperti kulineran pada umumnya. Yang menarik buat kami tentu cara penyajiannya yang khas dan minim penggunaan plastik. Mereka lebih memilih piring atau semacam cobek yang terbuat dari tanah liat dan atau bambu, kemudian di atasnya dilapisi daun pisang untuk menyajikan makanan. Sedangkan minumannya juga gelas dari bambu atau mangkuk yang terbuat dari tanah liat.
Terdapat Taman Baca Masyarakat
Nah, pas kami sudah kenyang, dan berencana mau pulang, kami foto-foto dulu dong. Eh ternyata di sisi timurnya, ada Taman Baca Masyarakat. Yang mana bisa digunakan oleh siapa saja, khususnya anak-anak untuk membaca buku-buku yang sudah disediakan. Tempat membacanya juga asyik, di bawah pohon bambu dan beralaskan tikar. Bikin betah banget, kan?
Tempat bacanya adem bener ya |
Dan akhirnya pun kami pergi meninggalkan Pasar Kampung Duku. Harapan kami tentunya pasar digital di Purbalingga ini makin eksis dan tetap beroperasi seperti destinasi digital lainnya. Semoga publikasi di media sosial dan lainnya bisa memberikan efek untuk mendatangkan wisatawan.
Mas Bangkit dengan putrinya, saya, dan Mba Neli. |
Okay, sampai di sini dulu. Terima kasih sudah berkunjung. Oh ya, share tentang pasar kuliner ndeso yang ada di tempat teman-teman juga ya. Terima kasih. ^^
Penukaran uang kepeng tidak diulas dengn lengkap ya
ReplyDeleteApakah itu nantinya menjadi alat pembayaran saat berkuliner ria.
Wah jadi ingin kesana.
Saya tertarik itu dengan taman bacanya.
Lucu banget ya uang ketip itu ternyata. Kok kayaknya Jajannya banyak ya? Suka sama suasananya
ReplyDeleteUnik juga ya uang dari batok kelapa.
ReplyDeleteJajanan tradisional aku suka, duh kalo pergi ke pasar kampung duku ini pasti deh nggak berhenti nyemil2 nya, pasti penasaran semua pengin dicoba haha.
Kulinernyaaaaa mantab jiwaaa!
ReplyDeletePengin dolan ke Purbalingga lagiii, mau explore kuliner dan pasar kampung duku
--bukanbocahbiasa(dot)com--
ooh jadi itu Pasar Digital Kampung Duku isinya kok ga ada digitalnya ya? hihihihi... kirain ada ruang warnet eh sejenis co working space
ReplyDeleteWaktu aku mudik Kediri kata Kakakku juga baru dibuka pasar kuliner serupa Kampung Duku ini, Mbak..Tapi ku belum sempat ke situ karena riweuh acara keluarga saat lebaran.
ReplyDeleteSenengnya ada pasar kek gini. Buat edukasi makanan tradisional buat anak-anak terutama dan nostalgia dengan suasana buat yang orang tuanya. Dan, senengnya ada taman baca juga yaa
Kaligondang ini memang sentra duku ya mbak, pengen kesana ah nanti kalau lagi musim buah duku...
ReplyDeleteDestinasi wisata digital memang lagi marak ya mbak, di cilacap juga ada baru buka, pasar kampung pendekar tapi aku belum pernah mlipir kesana juga sih ehehe
Asyik banget, dibawah rumpun bambu tapi bisa bersih banget gitu dibawahnya. Biasanya kan bawah rumpun bambu itu "serem" banyak daun kering yang menumpuk.
ReplyDeleteAda klepon... makanan kesukaan saya
Tertarik banget deh bisa mengunjungi pasar kampung duku, mbak. Kok seru mencicip kuliner tapi perlu tukar uang dulu dg ketip yg 1 nya nilainya 2rb ya hheheee
ReplyDeleteTFs loh mbak. Bikin mupeng hehehee
ini kampung wisata ya, mantap kalau gitu mah
ReplyDeleteMakanan yang ada di pasar Kampung Duku khas kuliner ndeso ya. Menurut saya justru yang menggunakan menu tradisional malah lebih nikmat
ReplyDeleteAsyik banget kalau ada taman bacanya juga/ Jadi lengkap ya dapat pemandangan indah, kuline tradisional plus bisa nambah pengetahuan karena ke taman baca :)
ReplyDeleteUnik banget transaksinya pakai uang ketip. Sementara sekarang transaksi beralih ke emoney dan uang digital, masih ada tempat2 yang mempertahankan tradisinya 😍
ReplyDeleteWah unik banget, aku suka banget konsep pasar begini unik dan ndeso..kayak pasar karetan dan pasar Papringan ya mbak...
ReplyDeleteKayaknya ke situ pas musim duku makin asyik, yaa. Bisa sambil panen duku, Mbak. Hahaha. Jauh dari kota ngga, sih?
ReplyDeleteSekarang ini mulai banyak kampung wisata, pasar digital gitu ya. Kalau aku baru ke Rembang. Ke pasar lainnya belum. Kalau ke sana juga kudu di awal waktu. Kalau akhir2, bisa kehabisan kulinernya, hahaha
ReplyDeleteEs dawettttt... sula banget akutu sama es dawet. Dan aku suka juga sama jajanan pasar. Duh andai kamoung duku ada di banjarmasin
ReplyDeleteuang buat bayarnya lucu yaaa. jd berasa di jaman kerajaan gitu pakai uang batok kelapa. coba dibentuk kayak emas dan tembaga, makin wow
ReplyDeleteIni nih yang aku belum kesampaian aja buat dateng. Pengen banget belanja pake ketipnya itu
ReplyDeleteTempatnya sungguh bikin hati enggan beranjak yaa...
ReplyDeleteSaking rindunya suasana wisata yang memadukan antara alam dan tradisi setempat.
Makin banyak aja ya Pasar Digital ini. Kemenpar serius banget menggarapnya. Harus didukung oleh SDM yang mau all out mengurusi segala halnya. Di Batam masih survive juga nih pasar digitalnya. Alhamdulillah makin maju.
ReplyDeleteAku baru tau loh kak kalau ada pasar kuliner sekecee ini, pasti ad banyak jajanan kuliner unik dan khas, duh jd pengen ke sana
ReplyDeleteUnik dan kreatif ya. Apalagi pakai uang sendiri. Itu kalau nukerinnya 200K lumayan banyak ketipnya ya. Pakai kantong uang kayak yg di film2 pemdekar
ReplyDeleteAsyik banget ya mbak. Ditemani angin sepoi-sepoi pengunjung bisa menikmati makanan dan minuman tradisional dengan suasana desa.
ReplyDeleteMba, kenapa disebut pasar digital ya?
ReplyDeleteApa karena dilaunching di zaman digital?
Aku pasti betah nih belanja sambil ditemani angin sepoi-sepoi, bisa nambha-nambah nih makan satenya, bahahaha.
wah menarik sekali mampir ke pasar kampung duku ya mbak, suka banget dengan konsepnya. jadi pengen mampir dan makan di sana deh.
ReplyDelete