Menikmati Suasana Damainya Sanggar Darimu, Bokol yang Penuh Karya Seni Lokal
Hallo, Guys, jumpa lagi dengan saya. Dan kali ini langsung saja ya, saya akan menceritakan tentang pengalaman bermain di Sanggar Darimu, Desa Bokol, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga.
Sanggar Darimu? Itu apa ya?
Awal-awal saya mendengarnya beberapa tahun yang lalu, saya merasa aneh, kok namanya Sanggar Darimu? Maksudnya apa? Hingga akhirnya kami berkesempatan untuk berkunjung ke sana dalam Program Jalan Bareng GenPI Purbalingga. Saya, Pak Suami dan Mas Bangkit akhirnya bisa menilik Sanggar Darimu yang terkenal di Desa Bokol ini.
Rute perjalanan
Desa Bokol itu terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Purbalingga dengan Kabupaten Banyumas. Sehingga jalan di sini cukup ramai dilalui kendaraan dan banyak mobil-mobil bermuatan besar yang melintasi jalan ini. Pesan saya sih, enggak usah ngebut-ngebut kalau lewat jalan perbatasan Purbalingga - Banyumas.
Sanggar Darimu sendiri ini terletak di tengah sawah. Di jalan besar ada plang 'Sanggar Darimu', kemudian kita masuk jalan setapak yang sudah dicor, kanan kiri sawah. Kendaraan roda dua dan empat bisa masuk tapi tidak bisa berpas-pasan. Sedangkan jarak dari jalan raya kurang lebih 500 meter.
Sanggar Darimu
Homestay yang ada di Sanggar Darimu |
Tiba di lokasi kami disambut dengan homestay sederhana dan beberapa bangunan mirip gazebo yang memang disebut sebagai sanggar, terbuat dari dinding-dinding anyaman bambu. Di depannya terdapat area yang cukup lapang untuk memarkirkan kendaraan. Sampai di tempat parkir kami tidak sabar untuk masuk ke salah satu sanggar dan bertemu dengan teman yang sudah menunggu. Kami duduk di salah satu sanggar sambil ngobrol ngalor ngidul. Kemudian tak berapa lama datanglah minuman khas yaitu badeg atau air nira kelapa yang sudah dimasak. Ya, sama dengan yang waktu saya datang ke Tampomas, Banjarnegara, juga disuguhi air badeg. Rasanya memang maknyoosss.
Pelataran yang cukup luas |
Ini air minum badeg alias nira kelapa |
Kemudian di sanggar yang satunya terdapat peralatan musik tradisional. Gamelan atau gendhingan yang sedang dimainkan oleh ibu-ibu dan bapak-bapak setempat. Kebanyakan memang dimainkan oleh orang yang sudah berumur. Mereka tetap semangat untuk melestarikan budaya yang ada di desanya. Meski zaman sudah modern, musik digital juga sudah bisa diakses, tapi mereka tetap gigih dan percaya, "Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan meneruskannya?"
Setelah cukup puas melihat permainan musik tradisional, saya kembali bergabung dengan Pak Suami dan Mas Bangkit serta Mas Dwi, pemilik Sanggar Darimu di sanggar sebelahnya. Di sini kami mengobrol ngalor ngidul tentang dunia pariwisata yang ada di Purbalingga. Dan Mas Dwi menceritakan awal mula Sanggar Darimu itu berdiri tahun 2009. Ternyata sudah cukup lama. Dari tahun tersebut mulai merintis tentu banyak hambatan, sebelumnya memang hanya sebuah sanggar untuk bermain seni. Entah itu musik tradisional, lukis atau menyablon model cukil. Namun seiring jalannya waktu, di sini juga tersedia kuliner yang bisa dinikmati. Meskipun kuliner ini hanya pelengkap saja. Karena yang masak itu dari Ibunda Mas Dwi sendiri. Menunya juga dari hari ke hari berbeda-beda. Sesuai ada apa yang terdapat di dapurnya. Namun, hal itu menjadi hal yang sangat unik dan menarik karena kita tidak tahu ada makanan apa di sini. Dan yang jelas, rasanya enak.
Baca juga:
Salah satu lukisan yang terdapat di Sanggar Darimu |
Beberapa hasil karya lukis dari anak-anak yang ikut workshop juga dipajang di sanggar |
Setelah bercerita tentang awal berdirinya, saya penasaran dong, “Kenapa ini disebut sebagai ‘Sanggar Darimu’?”
“Ya, Darimu,” jawab Mas Dwi.
‘Darimu’ di sini merupakan makna yang sangat dalam, karena dimaksudkan ‘Darimu Tuhan Sang Pencipta dan Penguasa Alam Semesta’. Iya, maksud dari Mas Dwi begitu, adanya sanggar ini karena memang sudah kehendak dari Yang Maha Kuasa.
Tempat air minumnya juga masih unik nih, kalau di daerah kami namanya gogok |
Suasana Sanggar Darimu
Sungguh terasa nyaman, damai, tenang dan tentram di sini. Membuat siapa saja yang berkunjung merasa betah dan sangat kerasan. Bahkan enggan untuk beranjak pergi. Dan tak heran, di sini selalu menjadi tempat untuk beristirahat orang-orang yang sudah lelah, entah sudah bekerja seharian, atau ingin liburan di akhir pekan di homestay. Menurut cerita dari Mas Dwi pernah ada tamu yang datang itu jam 3 pagi. Dan mau tidak mau, Mas Dwi tentu menyambutnya dengan ramah.
Duduk begini, bersandar dan diterpa semilir angin, rasanya itu mendamaikan banget |
Atau sambil duduk begini, nyes banget rasanya |
Dan tak terasa pula waktu jua yang harus memisahkan pertemuan kami. Tanpa sadar sudah sore, Guys. Asli asyik banget ngobrol di sini. Duduk-duduk sambil makan dan ditambah hembusan angin semilir. Kalau tidak ada acara selanjutnya, tentu kami akan lama sekali di sini. Tapi agenda (sok sibuk banget asli) kami selanjutnya masih harus dilaksanakan. Dan kami harus pamit.
Rumah Mas Dwi yang sangat nyentrik dan nyeni |
Contoh design untuk sablon cukil |
Sebelum pamit, kami membayar makanan yang sudah kami makan. Dan itu masuk ke halaman rumah dari Mas Dwi. Sungguh unik pelataran di sini, bahkan terdapat design dari Sablon Cukil. Dan siapa saja yang ingin latihan di sini, bisa banget langsung menghubungi Mas Dwi pemilik Sanggar Darimu, Desa Bokol, Kecamatan Kemangkon.
Dari kiri: Mas Dwi, saya dan Mas Bangkit |
Wefie dulu sebelum pulang |
Dan, ya, kami lanjutkan perjalanan selanjutnya, ke tempat yang tidak kalah menarik dari sini. Tunggu cerita selanjutnya tentang petualangan kami, ya. Sampai jumpa dan terima kasih.
Sanggar Darimu, Bokol
Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga
Jawa Tengah
Mas Dwi: 0857 0098 0007
Darimu jika itu merujuk kepada Tuhan harusnya M nya huruf besar ya. Tapi tak apalah yang penting sama sama paham.
ReplyDeleteWah saya juga ada keinginan membuat sanggar seperti ini di kampung saya. Biar me jadi tempat wisata.
Iya, awalnya memang untuk ditujukan ke Tuhan. Tapi setelah menjadi destinasi wisata, menjadi lebih terkenal dengan sebutan 'Sanggar Darimu' dengan tulisan yang biasa saja. Ayoo buat Mas Djangkaru..
DeleteHomestay kapasitas berapa org mbak? Apabila ada rombongan sekolah ingin belajar ttg kesenian di sana.
ReplyDeleteHomestay kapasitas kurang lebih 10 orang. Tetapi kalau sampai 20 orang, sanggarnya pun bisa dipakai sebagai homestay karena bisa tertutup rapat.
DeleteWaah kalau acara sekolah belajar seni, bisa banget tuh, Mbak.
Langsung saja contact Mas Dwi no HP itu.
Salut bagi mereka yang punya dedikasi terus membangun kreativitas seperti ini
ReplyDeleteIya, Bang Day.. mereka tetep konsisten dan semangat untuk melestarikan budaya lokal.
DeleteRasanya sudah lama banget nggak menonton musik tradisional gamelan. Memang warisan budaya seperti ini kudu dilestarikan. Kalau bukan kita, lalu siapa? Dan aku merasa ketabok karena nggak kunjung hafal tembang-tembangnya.
ReplyDeleteSaya juga gak hafal, Mbak. Di daerah saya juga udah jarang main gendhingan. Nah di Purbalingga salah satunya ini di Desa Bokol.
DeleteKonsep Sanggar Darimu memang kece ya Ery. Betah banget seharian di situ, apalagi kalau pas dengar langsung warga latihan gendingan. mantuuulll
ReplyDeleteIya, gawe lier-lier ngantuk ora kemutan jam pira, hahaha
DeleteKalau banyak sanggar seperti ini, saya optimis budaya lokal akan terus ada di tengah derasnya budaya modern. Salut deh yang buat yang mendirikan sanggar ini
ReplyDeleteIya, Mba Myra, kalau di daerah masih ada begini, budaya lokal akan tetap ada meski zaman udah berubah
DeleteDuh, ini sih surgaaaa banget buat penggemar art!
ReplyDeleteKapan2 deh aku mau ajakin anak dan ponakanku ke sini
mereka demen buangeettt art kayak gini
https://bukanbocahbiasa(dot)com
Iya, Mbak.. bagi yang mencintai art itu bakalan betah banget di sini. Orang saya yang biasa aja juga bisa menikmatinya
DeletehAHAHA iya aku pas baca awal ngira dikau salah nulis mba. Soalnya unik ya namanya sanggar darimu :) Senang banget terasa nyaman berada disini
ReplyDeleteHahhaha, saya aja yang orang Purbalingga, pas denger pertama kali juga agak aneh. Sanggar Darimu? Enggak salah? Eh, ternyata beneran ada.
DeleteEnak nih buat ngadem. Suasananya khas pedesaan. Btw, itu minuman Badeg emang bau ya? Seingatku minuman sejenis itu emang baunya menyengat. Aku gak doyan
ReplyDeleteIya, suasanaya adem. Badeg memang agak bau. Apalagi kalau belum dimasak. Tapi kalau sudah masak, itu bisa dinikmati meski ada sedikit bau khasnya.
Deleteunik ya namanya sanggar darimu... ya darimu :)
ReplyDeleteseneng banget bisa nikmati suasana asri pedesaan dengan nuansa tradisional yg kental. bikin adem hati ^_^
Iya, Mbak. Namanya unik dan enggak nyangka aja akan dikasih nama seperti itu. Tapi yang penting suasana di situ, tu, enak banget.
DeleteWah, tempatnya asik banget kayaknya buat belajar kesenian sekaligus "kabur" dari kesibukan. Betewe, aku penasaran sama air badeg ini. Air badeg itu sama ngga dengan legen? Kalau legen aku udah pernah nyoba..
ReplyDeleteYupz, betul, tempat kabur dari rutinitas yang menjenuhkan. Badeg dengan legen beda, tapi sama. Aduh gimana ya. Kalau badeg itu dari pohon kelapa atau aren, kalau legen, dari pohon siwalan. Buahnya mirip buah kelapa tapi kecil-kecil banget itu kalau siwalan. Dan airnya sama-sama diambil dari bunga atau manggarnya, baik kelapa atau pun siwalan.
DeleteNamanya unik ya Mbak Ery.. Purbalingga ini keren, masih menjunjung tinggi kesenian lokal sekitar. Tapi terus kalau menuju sanggar, kalau nggak bisa papasan gitu, berarti mending jangan naik mobil ya Mbak ke sananya?
ReplyDeleteNaik mobil gpp, nanti yang dari arah Sanggar Darimu, biasanya akan mengalah untuk mundur ke parkiran. Kalau enggak naik mobil, naik sepeda motor ya itu lebih praktis juga, Mbak.
DeleteTempatnya di alam terbuka gini sukak banget! Bisa liburan sambil menikmati alam ya, mak. Selain permainan musik tradisional, apa ada seni lukis nggak untuk anak gitu?
ReplyDeleteAda, Mbak. Itu lukisan yang terpajang, juga salah satu hasil karya lukis anak-anak. Karena ada juga anak-anak yang suka melukis.
DeleteWah, aku udah ketemu nih sama si mas ini! Kaos -kaosnya keren, waktu itu ketemu di acara Kemenperind. Ternyata di sini toh sanggarnya...
ReplyDeleteWah.. ternyata malahan Mbak Tanti sudah pernah ketemu duluan sama Mas Dwi. Iya, kaosnya memang keren-keren. Iya, Mbak, di sini sanggarnya, main ke Purbalingga, Mbak.
DeleteSuasana nya bikin adem dan betah nih, asri pedesaan banget yah cocok buat healing / menenangkan diri nih
ReplyDeleteHu um, mbak. Enak buat ngadem bahkan sampai tertidur, hihihi
DeleteFix tempatnya sangat bikin pengen liburan di sana, damai, tentram, sejuk, cocok lah buat pelepas lelah dan stres sisaan dari ibukota
ReplyDeleteYupz, setuju banget deh untuk melepas penat, ke sanggar ini aja
DeleteSenang banget ada teman-teman idealis yang mau mempertahankan budaya daerah kita, keren..semoga makin berkembang ya,pengen main ke sana juga..
ReplyDeleteAamiin.. saya juga berharap Sanggar Darimu terus berkembang karena jarang-jarang begini. Ayo, Mbak, main ke Purbalingga.
DeleteMau lihat lansung Dan ngerasain feelny deh mba pasti desa bnget Dan adrm gitu yaa next mesti ini
ReplyDeleted jadwalkan
Iya, adem, dan damai banget rasanya. Yupz,segera diagendakan ;)
DeleteTerbayang damainya jika bisa berada di tempat itu, Mbak. Menikmati keindahan alam sambil menikmati pertunjukan seni. Betah banget ya...
ReplyDeleteIya, bikin betah dan silir-silir angin bikin ngantuk, pengen tidur jadinya. Hahhaha
DeleteWahh unik banget sanggar seninya mba. Namanya juga unik. Hehehe.duhh tahu gitu ikutan ya mba, aku gak terlalu paham seni sihh makanya mau tahu lebih banyak...
ReplyDeleteNanti kalau kita ada agenda jalan lagi, aku kabarin di grup. Aku juga bukan orang yang paham akan seni.
DeleteMasyaa Allah mbak itu tempatnya nikmat banget. Dipinggir sawah. Habis makan kena angin semilir bisa langsung rebahan. Tidur dengan pulas kalau aku, Mbak hehehe. Kalau ada homestay benar-benar enak nih. Bisa menginap di sini sepuasnya.
ReplyDeleteSemilir angin itu bikin ngantuk. Sampai-sampai Mas Bangkit aja itu menguap beberapa kali, diajak ngobrol jadi gak fokus karena ngantuk, hahahaha
DeletePaling suka pergi ke destinasi dengan nuansa desa.
ReplyDeleteMengingatkan akan masa kecil yang indah.
Berlarian di pematang sawah, mandi di sungai dan banyak lagi.
Iyes, aku bisa merasakannya melalui tulisan mba
Iya, Mbak.. membuka kembali memory kita di jaman kecil yang masih sangat alami. Hehehe
DeleteWah, air minum dari kendi pasti seger banget. Waktu kecil tempat air di rumahku kayak gitu. Btw, aku setuju nama sanggarnya unik sekali. Dan ternyata artinya dalem banget. Pinter cari inspirasi namanya.
ReplyDeleteIya, Mas Dwi ada aja idenya.
DeleteAir minum dari kendi itu menyegarkan banget, dan sekarang udah jarang yang punya ya, Mbak.
Unik banget ya nama sanggarnya. Sekilas orang-orang akan bingung apanya yang darimu eh ternyata memang namanya Darimu.
ReplyDeleteAwal-awal saya dengar juga merasa aneh. Tapi setelah beberapa kali dengar dan baca, memang benar namanya Sanggar Darimu.
DeleteEnggak sanggarnya, penginapannya, rumah ownernya unik ya hehe :D
ReplyDeleteOwalah ternyata nama "Darimu" lebih karena merujuk ke Sang Pencipta yaaa, kirain tadinya mu-nya lebih ke org2 pengunjung yang datang hehe :D
Menarik mbak untuk dikunjungi :D TFS
Iya, memang begitu, okay, Mbak April, sama-sama.
Deletewah di pendesaan mah enak buat ngadem ya, masih asri
ReplyDeleteIya, asyik buat nyari inspirasi juga.
DeleteSuasananya ..alami banget..terlihat tenang. Jadi tempat refreshing..dari rutinitas .tapi juga ada edukasi budayanya.
ReplyDeleteJadi bukan hanya menghilangkan penat, tetapi juga bisa belajar tentang budaya dan seni di sini
DeleteSanggar Darimu yang unik. Kalau mau belajar melukis dalam sekali datang gitu bisakah, mba? atau ada kelas seni reguler?
ReplyDeleteUntuk kelas reguler, secara tercatat memang tidak ada. Tetapi, biasanya mereka datang pas hari Minggu untuk belajar, biar bisa datang ramai-ramai, apalagi kalau orang atau anak-anak yang weekdaynya sibuk. Mereka akan meluangkannya di hari Minggu.
DeleteBaru tahu kalo kendi tu nama lainnya adalah gogok.
ReplyDelete