Pengalaman Rapid/Swab Antigen di Purbalingga
Pengalaman Rapid/Swab Antigen di Purbalingga |
Pandemi Covid-19 sampai sekarang belum berakhir dan masih bertambah terus. Entah sampai kapan pandemi ini berakhir. Karena adanya hal tersebut membuat aktivitas kita seolah-olah dibatasi. Ya, sebenarnya memang tidak perlu pergi ketika tidak ada hal yang urgent. Namun namanya juga manusia, butuh uang untuk beli sembako, mau tidak mau harus keluar rumah. Padahal, orang yang keluar rumah itu beresiko terpapar virus corona. Iya, yang di rumah saja kadang bisa terpapar, apalagi yang pergi-pergi.
Baca juga: Tentang Pengertian dan Pencegahan Covid-19
Seperti halnya kita yang bekerja di luar rumah, sudah pasti was-was. Sampai-sampai saya melakukan tes rapid sampai empat kali.
Yang pertama, di bulan November 2020 persiapan jelang Pemilukada, karena saya salah satu petugas KPPS. Tentu wajib dan harus dirapid. Alhamdulillah hasilnya non reaktif semua.
Yang kedua, masih di November 2020 ketika teman kantor ada satu yang yang positif. Karena dia sedang hamil, jadi harus diswab test jelang melahirkan. Dan setelah hasil keluar ternyata dia positif, tentunya kami yang satu kantor dirapid test. Alhamdulillah saya masih non reaktif. Dan waktu itu ada tiga orang yang hasilnya reaktif, mereka kemudian melakukan swab PCR. Dari ketiga orang tersebut dua orang diantaranya positif.
Yang ketiga dan keempat, ini baru bulan kemarin, tanggal 11 Januari 2021. Ada teman kantor yang positif lagi, jadi kami semua dirapid lagi. Dan kali ini saya hasilnya reaktif. Rapid test pertama hasilnya samar, yang kedua reaktif, baik IGg maupun Igm-nya sama-sama reaktif. Okay fix, saya disarankan untuk rapid/swab antigen.
Hasil rapid test yang keempat |
Pengalaman Rapid / Swab Antigen di Laboratorium Klinik dan Rontgen Utama Purbalingga
Yang pertama kali terlintas ialah rasa takut. Bagaimana nanti kalau positif? Bagaimana dengan anak saya nanti yang masih suka nempel sama saya? Walaupun menurut WHO, ibu menyusui yang terkena Covid-19 masih bisa memberikan ASI untuk buah hatinya. Karena virus tersebut tidak menular melalui ASI melainkan melalui saluran pernapasan.
Dengan hati gelisah saya menuju Laboratorium Klinik dan Rontgen Utama Purbalingga. Mengambil nomor antri di nomor urut 20. Cukup lama memang. Terlihat juga banyak sekali yang sedang menunggu untuk antigen ataupun test swab PCR. Ada juga bapak-bapak yang batuk kering dengan sesak napas. Pikiran saya jadi ke mana-mana. Membayangkan kalau nanti hasil antigen saya positif, apakah saya akan batuk-batuk, atau biasa saja, atau malah menjadi orang tanpa gejala?
Lamunan saya buyar ketika nama saya dipanggil untuk giliran untuk mendaftar dan membayar biaya rapid/swab antigen. Kemudian tak berapa lama saya ke ruangan yang sedikit terbuka untuk rapid/swab antigen, ditangani oleh petugas medis yang lengkap dengan pelindung diri. Saya duduk di kursi yang cukup empuk yang nyaman, tapi tetap saja diri ini tidak nyaman. Kemudian kepala saya sedikit menengadah. Perlahan lubang hidung kanan dimasuki alat (cutton bud khusus yang lebih panjang), selanjutnya hidung bagian kiri. Rasanya mentok hidung ujung hidung. Sakit sih enggak, tapi bagaikan orang yang masuk ke dalam air dan tidak berenang. Jadi tanpa sadar saya meneteskan air mata.
Hasilnya bisa ditunggu kurang lebih selama sembilan puluh menit. Saya galau, saya ingin jalan-jalan sebentar atau bagaimana, tapi takut positif malah nanti saya menyebarkan ke yang lainnya. Akhirnya saya duduk di ruang tunggu dengan berbagai macam gaya. Untung saja ada ponsel pintar yang menemani kegabutan untuk chating dengan beberapa teman kerja mengenai kondisi saya. Mereka semua saling menguatkan dan menyemangati saya. Saya menjawab sebisanya, mencoba semangat meski rasanya hati dan jantung sudah tidak karuan lagi.
Tak hanya chating saja, saya juga membuka semua aplikasi media sosial untuk membunuh rasa bosan. Scroll ke bawah, terus ke atas, begitu terus sampai tiba-tiba ada pesan singkat melalui chat di Whatsapp. Ternyata pemberitahuan dari Klinik Utama bahwa hasil antigen saya sudah bisa diambil. Lega rasanya. Kemudian saya masuk ke ruangan klinik untuk mengambil hasilnya. Petugas memberikan amplop yang di dalamnya berisi surat keterangan hasil antigen. Amplop itu tersegel dengan rapi. Saya deg-degan sekali rasanya. Awalnya ingin membuka amplop tersebut di kantor, tapi kepikiran lagi, lah kalau positif, berarti saya langsung pulang, dong. Jadi pas sudah di motor, tinggal mau jalan, saya buka itu amplop. Alhamdulillah, hasilnya Negatif.
Hasilnya seperti ini kalau negatif |
Dengan perasaan yang lega saya kembali ke kantor untuk melaporakan hasil antigen. Meski hasilnya negatif, tapi saya tetap menjaga jarak dengan semua orang dan menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Alhamdulillah setelah tiga mingguan tidak ada muncul gejala-gejala yang dikhawatirkan, dan keluarga serta teman-teman yang dekat dengan saya tidak ada tanda-tanda positif Covid-19.
Alasan Saya Memilih Rapid/Swab Antigen
Hal yang pertama menjadi alasan ialah karena biaya. Karena kita tahu untuk biaya swab PCR masih mahal, bagi saya juga berat karena minim-minim biayanya Rp 900.000, malah teman saya yang positif biayanya sampai Rp 1.150.000, itu pun harus menunggu hasil yang cukup lama, tiga sampai empat hari. Well, padahal saya butuh hasil yang cukup cepat agar bisa melakukan tindakan selanjutnya ketika benar-benar positif. Jadi, saya memilih antigen.
Rapid atau Swab Antigen adalah pengambilan sample virus Covid-19 melalui pangkal hidung dengan bertujuan untuk mencari protein spesifik/materi genetik dari virus tersebut. Namun, hasil akurasinya masih belum bisa dipastikan 100%, karena hasil swab antigen yang negatif, juga bisa orang tersebut terkena Corona, terlebih ketika ada gejala.
Perbedaan dan Biaya Rapid Test, Rapid/Swab Antigen dan Swab PCR
Banyak di antara kita yang bertanya-tanya, kenapa untuk mendeteksi Covid-19 ini ada beberapa cara, yang kadang membuat orang bingung.
Rapid Test, merupakan pengambilan sample darah untuk mengetahu anti bodi kita. Bereaksi atau tidak ketika diuji. Hasil akurasinya hanya sekitar 18%, jadi ya, memang tidak bisa dijadikan patokan. Untuk mengetahui hasilnya cukup sebentar, hanya butuh waktu sekitar 15 menit saja. Biaya yang dikeluarkan rata-rata Rp 150.000, tergantung pihak yang mengadakan. Kalau massal malah biasanya gratis.
Rapid/Swab Antigen, caranya memang mirip dengan swab PCR karena dilakukan cara usap di hidung maupun tenggorokan, tetapi waktu untuk mengetahui hasil lebih cepat, kurang lebih satu jam sudah diketahui. Hasil akurasinya masih di bawah 90%, bahkan tak sedikit yang memberikan hasil palsu. Biaya ini dimulai dari dua ratus ribuan, pada saat saya di Klinik Utama Purbalingga kena biaya Rp 250.000, teman saya di Puskesmas kena biaya Rp 220.000 dan ada lagi yang di Purwokerto hanya Rp 165.000. Setiap tempat memang beda-beda.
Ini biaya yang saya keluarkan saat itu |
Swab PCR test, Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan cara untuk memeriksa keberadaan virus Covid-19 dengan cara mendeteksi DNA dan RNA (materi genetic) pada virus tersebut. Hasil tidak bisa langsung diketahui, rata-rata tiga sampai empat hari. Untuk biaya dimulai Rp 900.000.
Okaylah, itu pengalaman saya yang pernah melakukan Swab Antigen di Purbalingga. Kalau teman-teman ingin melakukannya bisa langsung ke Laboratorium Klinik Utama Purbalingga atau ke fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan tersebut.
Semoga bermanfaat, dan terima kasih sudah mampir di sini. :)
Laboratorium Klinik dan Rontgen Utama Purbalingga
Jalan Letnan Ahmad Nur No. 26, Kauman, Purbalinga Lor
(Gedung Baru: Jl. DI Panjaitan No. 94, Purbalingga)
Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga
Jawa Tengah 53311
--
Sumber referensi: https://health.detik.com/infografis/d-5307855/beda-rapid-test-antigen-antibodi-dan-swab-pcr
Pengalaman yang berguna mba. Makasi sharingnya. Saya setuju, walau hasil test negatif kita tetap perlu senantiasa meenjalankan protokol kesehatan
ReplyDeleteIya, Mbak, takut diam-diam saya udah positif gitu. Jadi ya, mending jaga jarak.
Deletedengan adanya tulisan pengalaman rapid swab antigen ini membuat banyak pembaca jadi lebih paham lagi prosesnya bagaimana, bedanya apa sama harganya juga
ReplyDeleteiya, Mbak. mudah-mudahan bisa bermanfaat buat yang lainnya.
DeleteKemarin saat ibu mertua positif covid, aku juga langsung swab antigen, mbak. Karena sempat kontak erat sebelumnya.
ReplyDeleteKarena cari yang cepat, akhirnya ke bandara Solo waktu itu. Alhamdulillah hasilnya negatif. Tapi tetap isoman sih sempet.
Nggak nyaman rasanya meski sebentar pas proses ambil sampel tapi lega begitu keluar hasilnya. Semoga kita sehat selaluuuu
Iya, Mbak.. sama, rasanya gak nyaman blas pas ambil hidung kita dimasukin cutton buds
DeleteEntah kenapa aku keinget testpack aja kalau liat alat tes rapid haha
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mbak pas teman kantor positif hasilnya tetap negatif. Apa msh WFO mbak?
Suamiku sekali doank rapid swab tapi pas mau dinas luar kota, dibayarin kantor sih, trus tau gak endingnya, gak jadi. Udah berkorban itu hidung hehe :P
hahaha, iya sih emang mirip banget sama testpack itu rapid.hihihi. Alhamdulillah kemarin saya juga diganti biayanya dari kantor. heheh
DeleteDan Alhamdulillah sekarang normal WFO, kemarin-kemarin yang positif isoman di rumah semuanya.
Sekarang yg swab pcr udah bisa mulai 900rb ya mba harganya. Pas awal2 sampai 1 jt sekian. Aku belum pernah tes semuanya mba. Malah bapak mertua yg swab pcr mlulu karena rawat inap utk operasi batu ginjal. Sop rs mengharuskan swab pcr ya sekarang.. nungguin pasien jg beberapa rs mengharuskan swab yaa
ReplyDeleteMakasih udah nulis ini mbaa
Waaaa, alhamdulillah hasilnya negatif ya mba. ngeri bgt dah covid ini memang
ReplyDeleteBtw, Sekarang ada tes yg muraahhh bgt di beberapa stasiun ya mba, tapi kayake baru ada sekitaran JKT aja. Moga2 bisa sampe Jateng, Jatim, soale murah bgt ya kan.
Saya baru 2 hari yang lalu rapid antigen mbak, soalnya mau ada kegiatan workshop di hotel, dan syarat untuk bisa ikut harus negatif hasil rapid antigennya.
ReplyDeletebeneran nggak nyaman saat hidung dicolok sampai mentok
Nunggu hasilnya dag dig dug ya. Untung negatif. Semoga kita semua sehat2 terus ya.. dan semoga pandemi ini segera berlalu. Jujur aja lelah juga kalau harus selalu was was gini
ReplyDeleteDuh ikut deg2an bacanya. Alhamdulillah hasilnya negatif ya. Di rumah baru suami aja yg dirapid krna temen sekantornya ada yg kena. Hasilnya negatif. Semoga sehat selalu untuk kita semua ya mba
ReplyDeletesuamiku baru swab antigen, mbak, karena mau pergi naik pesawat.
ReplyDeletebadannya mah sehat-sehat aja tapi menjelang berangkat ke RS katanya jadi batuk, tenggorokan enggak enak, keknya karena kepikiran mau tes deh. Emang dag dig dug yah
Kebayang Mbak, gimana rasanya, mulai dari info ada teman yang positif sampai harus tes swab angtigen
ReplyDeleteSaya dua kali PCR dan semua rasa itu tergantung yang mengambil sampelnya. Pertama kali OCR itu dilakukan di rumah, lebih nyaman di rumah karena aku gak mau pergi juga, heheee, gak nyaman aja, keluar pas mengantongi cap ada keluarga yang positif, jadi aku pilih jasa PCR di rumah
Keduanya aku PCR di rumah sakit, yang ngambil sampel itu masih muda banget, cara memasukan alatnya ampun deh, kasar banget dan sakit. Kalau gak sama anak, atau belum jadi ibu-ibu pasti aku nangis, Hiks.
Sehat-sehat semuanyaa
wah terima kasih ya mak, sudah menulis penganya disini
ReplyDeleteaku sekarang jadi tahu apa itu rapid swab antigen
semoga sehat selalu ya mak
Suami saya juga sempat ditest rapid alhamdulillah non reaktif. Memang deg-degan ini kalau disuruh tes, subhanallah pas nunggu hasilnya takut positif. Alhamdulillah ya negatif, memangnya biayanya nggak ditanggung kantor mba? Pas ada teman sekantor yang positif. Suami waktu itu ditanggung kantor.
ReplyDeleteMakasih ya Mba info detailnya, penting sekali sosialisasi seperti ini terutama yang berdasarkan pengalaman pribadi, supaya semakin banyak yang peduli dan aware mengenai pentingnya kita tes Covid.
ReplyDeleteAlhamdulillah hasil tes antigen ternyata negatif ya. Aku belum pernah ikut test rapid atau antigen. Pernah mau test, karena badan demam. Tapi waktu ke dokter dan wawancara untuk diagnosa awal malah beliau menyarankan test untuk typus. Karena katanya gejalanya kayak typus. Alhamdulillah emang typus dan recovery nya butuh waktu nyaris sebulan lebih. Semoga kita selalu salam perlindungan NYa ya Ery
ReplyDeleteDeg degan ya kebayang harus test swab Alhamdulillah hasilnya negatif.. semoga sehat selalu ya Mak...
ReplyDeleteAlhamdulillah negatif ya, Mbak. Sekarang rasanya deg-degan kalau menunggu hasil test. Sehat-sehat selalu untuk semuanya
ReplyDeleteBerarti test swab antigen dimanapun harganya sama ya, Mba. Di Depok juga sama. Tak pikir semakin ke daerah semakin mahal, karena adanya biaya proses pengiriman pastinya.
ReplyDeleteKebayang deg-degan saat menunggu hasil rapid antigennya ya mbaa... Pandemi ini memang bikin kita selalu merasa resah terkait isu kesehatan diri.
ReplyDeleteSehat-sehat selalu yaaaa...
Hari-hari pandemi yang kita lewati ini bikin kita speechless yaa..
ReplyDeleteSungguh banyak hal yang tidak terduga mungkin saja terjadi.
Semoga semuanya lancar dan sehat selalu.
Pengalaman yang berkesan ya mbk beberapakkali melakukan tes swab antigen, alhamdulillah hasilnya negatif. Alat hasil swab ini kayak tespek ya mbk hehe. Semoga kita diberikan kesehatan selalu, aamiin
ReplyDeleteMasyaallah aku ikut deg2an mbak baca pengalamannya dites beberapa kali. Aku baru 1x yang pcr karena mau electrocauter operasi kecil jadi wajib tes. Alhamdulillah juga negatif atau non reaktif. Agak deg2an memang ya kalau swab dan sampai positif. Apalagi yg punya anak kayak kita
ReplyDeletedeg-deg an ya kalau mau di rapid atau swab gini, duh itu sakit ga?
ReplyDeletekayak e antigen ini sama semua harganya segitu ya mba
ReplyDeleteaku juga kemaren seginian 250
cuma emang ga enak ya rasanya idung kebayang ya yang sakit tiap hari kudu gitu
Tetapi memang antara antigen dan PCR ini bisa bikin hati bimbang haha.
ReplyDeleteTeman ada yang di tes antigen negatif tetapi begitu hasil PCR-nya keluar jadi positif dan harus isolasi mandiri.
Jadi memang lebih baik menjaga diri dan mengurangi keluar untuk hal yang tidak p[enting sampai pandemi ini berlalu #phew