Fashion Berkelanjutan untuk Bumi Lebih Sehat
Dunia fashion tidak akan pernah ada habisnya. Karena kita semua menggunakannya. Namun, belakangan ini industri fashion seperti tak bisa direm. Padahal, polusi dan pencemaran lingkungannya luar biasa
Banyak faktor yang menyebabkan pencemaran dari adanya industri fashion. Seperti polusi, sampah sisa produksi yang kian menumpuk, juga pewarna kain yang sangat berbahaya.
Sebagai langkah dalam mewujudkan cinta #UntukmuBumiku kita sudah saatnya menggunakan fashion yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk alam.
Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art
Hari Jumat, 28 Febuari 2025 saya berkesempatan mengikuti online gathering bersama #EcoBloggerSquad yang selama ini konsisten terhadap lingkungan. Bersinergi #TeamUpforImpact agar bumi kita tetap terjaga dan sehat.
Pada kesempatan ini, ada dua narasumber yang keren, membahas tentang dunia fashion.
1. Margaretha Mala, Ketua Komunitas Tenun Endo Segadok
2. Novieta Tourisia, Founder Bumi Artisans
Kedua wanita hebat ini membahas dunia fashion juga bisa dari lingkungan sekitar. Memanfaatkan alam yang ada untuk menunjang ekonomi dan kehidupan masyarakat setempat.
1. Budaya Menenun dari Dayak Iban
Kain tenun merupakan warisan leluhur budaya di Indonesia. Tradisi ini ada di beberapa tempat, salah satunya di Dusun Sadap, di mana Suku Dayak Iban tinggal.
Makin ke sini tradisi dan warisan leluhurnya mulai luntur, yakni menenun kain. Untuk itu Kak Margaretha Mala bertekad membimbing dan membina anak-anak di sana untuk merajut tenun lagi.
Kain tenun yang dihasilkan menggunakan bahan alami dan ramah lingkungan. Karena tujuan dari Kak Margaretha Mala selain #BersamaBergerakBerdaya bagi masyarakat, juga untuk konservasi lingkungan.
Ada beberapa proses nenun yang dilakukan Suku Dayak Iban, di antaranya:
a. Proses Pewarnaan Alami
Sebelum benang digunakan untuk menenun, ini diberi warna terlebih dahulu. Warna ini dihasilkan dari tumbuhan seperti: rengat padi, mengkudu akar, dan engkerebai.
Untuk tanaman rengat padi, daun dan rantingnya direndam selama 24 jam. Nanti akan muncul warna kebiruan, kemudian tambahkan kapur sirih/kapur gamping agar warna birunya makin pekat.
Setelah itu, setelah warna biru makin pekat dan menjadi seperti pasta, maka warna ini sudah bisa digunakan.
Rendam benang di air deterjen, setelah itu angkat benang tersebut dan rendam dengan warna alami. Setelah warna merata, benang dikeringkan dengan cara dijemur.
![]() |
Tata cara prosesi nakar |
FYI ya, Guys. Untuk warna biru ini tidak perlu adanya proses nakar/perminyakan pada benang.
Proses nakar ini merupakan proses untuk memberikan protein pada benang, agar bisa mengikat warna bertujuan agar warnanya bertahan lama.
Pada proses nakar ini tidak semua orang bisa melakukannya, lho. Ada prosesi untuk melakukan nakar, yang boleh melakukannya orang tua yang sudah berusia 60 tahun atau lebih. Wanita yang sedang menstruasi dan ibu hamil juga tidak boleh. Bahkan kalau ada orang meninggal, proses nakar tidak bisa dilanjutkan karena bisa membuat benangnya mudah putus.
b. Proses Nenun
Setelah benang siap digunakan, proses selanjutnya adalah kegiatan nenun. Suku Dayak Iban hingga kini sudah banyak menghasilkan jenis kain tenun yang menarik, seperti pile, sidan, songket, dan lainnya.
Proses menenun kain ini biasanya dilakukan pada siang atau malam hari. Hasil kain tenunnya bagus, lembut, halus, dan bisa menyesuaikan permintaan pasar, sehingga kain tenun ini bisa laku dijual.
2. Karya Fashion Baru yang Ramah Lingkungan
Bersama Kak Novieta Tourisia, kita mendapatkan insight baru tentang pewarnaan pada kain. Bisa diambil dari bahan-bahan sekitar. Seperti warna kuning dari kunyit, hijau dari pandan, dan lainnya.
Perjalanan sehat dari sandang yang berkelanjutan pun bisa terwujud. Karena bahan yang digunakan bisa menggunakan kain yang sudah kita miliki (upcycling). Selain kain bekas itu, juga memakai katun alami, serat kayu dan kain dari pabrik yang menggunakan limbah kapas.
Untuk pewarna alami juga bisa dari kulit bawang merah. Kalau sudah dicelup bisa menjadi warna gold. Ini saya baru tahu, lho. Ternyata dari limbah dapur pun bisa menjadi pewarna alami untuk pakaian.
Lebih lanjut, berikut tentang Sustainable Fashion yang ramah lingkungan.
a. Menggunakan Kembali yang Sudah ada di Lemari
Hayo, siapa yang memiliki selemari pakaian tapi selalu bilang "tidak punya baju"? Sudah saatnya pakaian itu digunakan kembali, bisa mix and match atasan dan bawahannya.
b. Upcycled Fashion
Pemanfaatan bahan pakaian yang dari limbah dan dijadikan karya yang lebih ramah lingkungan. Selain itu juga bisa memanfaatkan pakaian yang sudah ada diubah design menjadi karya baru.
c. Repurposed Fashion
Kain atau pakaian yang sudah ada diubah kembali menjadi pakaian baru. Ini memang perlu kreativitas tinggi dari kita karena harus mengubah design.
d. Material Alami dan Etis
Benang yang digunakan dari serat kayu, kapas organik. Untuk pewarnaannya dari bahan alami seperti kunyit, kulit bawah merah, daun ketapang, daun jambu, biji alpukat dan lainnya.
e. Recycled Fashion
Hampir mirip dengan upcycled fashion, akan tetapi kalau recycled fashion ini dari pakaian yang sudah ada di daur ulang. Dijadikan kembali bahan baku untuk pembuatan pakaian baru yang lebih ramah lingkungan.
Itu lima hal yang disampaikan Kak Novieta tentang fashion berkelanjutan. Kak Novieta juga menceritakan tentang Cinta Bumi Artisans. Yang mana di komunitas ini Kak Novieta memberikan edukasi, dan penciptakaan karya yang ramah lingkungan.
Di online gathering ini Kak Novieta juga memberikan tutorial memberikan pewarnaan alami pada totebag dengan cara ecoprint. Sebuah cara pewarnaan dengan dedaunan/bunga langsung.
Tutorial Ecoprint pada Totebag:
- Rendam totebag dengan air bersih, kemudian peras secara perlahan.
- Letakan totebag di alas yang bersih untuk meratakan.
- Letakan daun/bunga di atas totebag. Susun sesuai dengan selera motif yang diinginkan.
- Lipat totebag dua sisi, kemudian atasnya susun lgi daun/bunga.
- Gulung kain dengan stik kayu, dan kemudian diikat menggunakan tali goni.
- Kukus gulungan kain tersebut dengan api kecil selama 90 - 120 menit.
- Setelah dikukus, biarkan gulungan kain itu dingin.
- Selanjutnya mulai melepas daun/bunga yang menempel pada kain.
- Beri waktu antara 5 - 7 hari (biarkan saja jangan dicuci dulu)
- Kemudian proses finishing: rendam dengan air hangat dan diberi cuka 2 sendok makan.
- Setelah itu jemur, dan setrika biar rapi.
- Jadi deh totebag dengan warna alami.
Penutup
Setiap online gathering bersama #EcoBloggerSquad selalu ada kejutan yang luar biasa. Bahkan kali ini diberikan ilmu tentang bagaimana menggunakan fashion berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pewarnaan alami pada pakaian ini semoga menjadi trend kekinian agar industri fashion semakin ramah lingkungan.
Dan kita juga harus #BanggaBuatanIndonesia biar produk-produk lokal Tenun dari Suku Dayak Iban, juga kain dari Cinta Bumi Artisans serta lainnya laku keras di pasaran. Dengan begitu, bisa menopang perekonomian, serta proses konservasi lingkungan yang seimbang.
Post a Comment for "Fashion Berkelanjutan untuk Bumi Lebih Sehat"
Terima kasih telah membaca postingan pada blog saya. Silakan tinggalkan komentar, dimohon jangan menggunakan link hidup.
Terima kasih.
:) :)